Dear Sobat Revolutioner
yang baik & sabar hatinya...
Sedang dalam keadaan yang hati terasa
sesak dan dongkol?
Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa
yang membuat kita marah dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi Anda kembali.
Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal atau kecewa kepada teman, pasangan,
rekan kerja, atau atasan di kantor bercokol lama di hati kita.
Susah?
Kenali-lah amarah kita...
Kenali-lah amarah kita...
Mengenal
Amarah Kita
Mengapa kita perlu mengenali perasaan marah? Pentingkah? Karena
beragamnya perasaan yang hinggap dalam setiap sesi hidup kita, hati kita memang
seperti udara..teramat dinamis (sampai-sampai susah banget mempelajari mata
kuliah Meteorologi Dinamis, :D)
Kita sering bingung dengan apa yang sebetulnya kita rasakan.
Apakah sedih, terluka, kesal, tersinggung, merasa terdzalimi, dan lainnya.
Kemampuan mengenali “saya sedang marah” menjadi bekal yang sangat penting jika
kita ingin berdamai dengan amarah.
Saat merasakan ketidak adilan, menerima perlakuan yang
menyinggung, atau tindak agresi dari pihak lain sangatlah wajar jika dalam
dirinya muncul emosi marah. Dengan marah, ada energi yang menodong kita untuk
mengubah keadaan dan membela diri.
Secara definisi, Marah merupakan kekuatan setan yang disimpan
oleh Allah Ta’ala di dalam diri manusia. Al Ghazali mengatakan adanya marah
didalam diri manusia untuk menjaga dari kerusakan dan untuk menolak kehancuran.
(Najar, 2001 )
Al-Jurjani (2001) menjelaskan marah adalah perbuatan yang terjadi
pada waktu mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan apa yang
terdapat di dalam dada. Sedangkan Imam Nawawi mendefinisikan marah dari
perspektif ilmu tassawuf, sebagai tekanan nafsu dari hati yang mengalirkan
darah pada bagian wajah yang menimbulkan kebencian pada diri seseorang.
Pemicu
Amarah
Setelah mengenal amarah dalam diri kita, lalu kenali apa yang
membuat kita marah. Umumnya orang marah karena memiliki persepsi tentang
sesuatu yang tidak sesuai dan tidak adil bagi dirinya, orang lain, atau sesuatu
yang ia peduli terhadapnya. Ia terluka karena kondisi tersebut dan ingin
melakukan sesuatu sebagai kompensasi dari perasaan itu. Hal ini yang kerap
mendorong orang untuk berlaku buruk (merugikan).
Sebenarya, apabila kita kesal kepada pasangan atau kawan yang
mengingkari janji, lalu kita
menyalahkan mereka atas kekacauan semua itu, maka kita akan mendapatkan
kembali keadaan yang dipersalahkan itu. Kekesalan, amarah dan kekecewaan hanya
akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat kita menerima apa yang kita
berikan..percayalah. Kembalinya keadaan itu tidak harus
selalu dari orang yang kita salahkan, tetapi sejatinya kita akan
mendapatkan kembali keadaan yang kita salahkan itu. Ibaratkan ujian
Allah....kita remedial dengan hasil ujian itu.
Jangan rugikan waktu-waktu kita hanya berkutat dalam tantangan kehidupan
yang sama. Ikhlaskanlah, maafkanlah.
Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih fokus
terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya akan menghabiskan energi
positif.
Melatih kesabaran diri mengendalikan emosi amarah terkadang
membutuhkan pula kesabaran waktu yang cukup panjang. Tidak cukup dengan satu
atau dua kali ujian. Diperlukan latihan yang terus menerus dan berkelanjutan. Meski
demikian bagi mereka yang memiliki kebijaksanaan hati, tidak akan mengeluh
karena panjangnya waktu yang harus dilalui. Dia juga tidak merasa bosan karena
cobaan yang datang tindih-bertindih. Kesabaran seperti itu pula yang harus ada
pada setiap orang yang ingin menjadi pemenang dalam kehidupan ini.
Mengontrol
Amarah
Untuk mengetahui seberapa bisa
kita mengendalikan emosi, cermati hal berikut. Saat kamu mengalami sebuah
kondisi yang memancing kemarahan, berapa lama kamu bisa meredakan perasaan itu?
Dan sejauh mana efek kejadian itu terhadap kehidupan mu? Apakah aktifitas mu
terganggu karena hal itu? Jika jawab nya tidak, apalagi hanya butuh waktu
sebentar untuk meredakan kemarahan, berarti kamu termasuk sosok yang cerdas
emosi.
Tidak mudah untuk menahan amarah, apalagi kalau menemui hal-hal
yang pantas mengundang emosi amarah seseorang. Memang fitroh dan dapat
dimengerti apabila seseorang mengalami kekesalan, kecemasan, sakit hati yang dipicu
oleh hal-hal yang mengundang emosi ini. Tetapi sangat tidak dibenarkan
mengekpresikan rasa marah dengan cara agresif dan merugikan orang lain. Diperlukan
kesabaran hati agar mampu mengontrol diri untuk tidak melampiaskan emosi
kemarahan dengan membabi buta.
Melatih kesabaran hati sangat berhubungan erat dengan suasana hati
seseorang. Menurut Richard Wenzlaff, ahli psikologi dari University of Texas,
mengalihkan suasana hati agar menjadi positif dapat dilakukan dengan melakukan
selingan yang positif seperti menonton peristiwa olahraga yang dinanti-nanti,
film komedi atau dengan membaca buku-buku bacaan ringan.
Melatih kesabaran hati selain menyangkut dimensi emosional
seseorang, juga sangat berhubungan dengan dimensi spiritual seseorang. Manusia
yang memiliki orientasi pada nilai-nilai spiritualiasme yang bersumber dari
hati nurani ketika terjadi rangsangan-rangsangan pada emosinya, emosinya akan
tetap tenang dan terkendali. Karena aspek mentalnya telah diperkuat oleh
nilai-nilai spiritualnya dan dimensi spiritual akan menjadi pembimbing untuk
bereaksi normal terhadap rangsangan emosi yang datang.
Melatih kesabaran hati terus menerus sangat penting dalam
pengendalian emosi. Kesabaran hati dalam pengertian mampu menerima keadaan,
memahami situasi dan dapat mengendalikan emosi dan amarah sehingga tidak sampai
bertingkah aneh dan melampuai batas.
Kesabaran hati adalah akar dari rahasia kebijaksanaan hidup.
Kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai persoalan, betapa pun beratnya dan
tetap selalu menebarkan cinta dan kasih sayang.
Berdamai
dengan Diri Sendiri
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara bijaksana dalam mengendalikan
emosi amarah. Setiap orang yang mencintai dirinya sendiri, pada akhirnya akan
memaafkan kesalahan dan kekurangan diri sendiri. Jadi maksud dari berdamai
dengan diri sendiri adalah mampu mencintai diri sendiri dan memenuhi hati
dengan cinta dan kasih sayang.
Berdamai dengan diri sendiri dapat juga dimaknakan memahami setiap
keadaan yang datang, tidak menyalahkan orang lain, dapat menerima sesuatu yang
menimpa diri kita dengan lapang. Karena hidup tidak jarang dipenuhi dengan
peristiwa-peristiwa yang membuat emosi tergerak seperti frustrasi, depresi,
rasa sakit hati, bersedih, bahagia dan hal-hal yang tidak dapat diramalkan.
Kalau kita mampu berdamai dengan keadaan, berdamai dengan diri sendiri, maka
hati akan menjadi lebih lapang. Memiliki hati yang lapang menjadikan kesabaran
dan kemampuan mengendalikan emosi kemarahan.
Berdamai
diri sulit?
Bagaimanapun juga ada kala tembok kesabaran kita memang jatuh, dan
saya rasa hal ini pun fitrah. Seorang Rasulullah saja pernah tidak sengaja acuh
dengan Abdullah bin Ummi Maktum (seorang buta) kemudian diabadikan dalam Q.S.
Abasa.
Yah, mungkin kita tidak dapat mengontrol setiap kejadian yang
datang, tetapi bagaimanapun juga kita tetap dapat “memaksa” diri kita dengan
melakukan hal lain. Kita dapat mengontrol bagaimana kejadian-kejadian tersebut
dapat mempengaruhi kita. Menyuburkan benih-benih cinta, berbagi cinta dengan
sesama, meningkatkan kesabaran dalam hati, mudah memaafkan, membalas dengan kebaikan
dan mampu berdamai dengan diri sendiri merupakan sarana mengendalikan emosi.
Emosi yang terkendali menjauhkan diri dari tindakan agresif yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Tumbuhkan
Karakter SIQ
"Jika saya mengikhlaskan diri
saya, saya
menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan
menerima apa yang saya butuhkan" -Tao Te Ching-
Saya lebih suka menyebutkan karakter SIQ sebagai solusi yang
mendasar dan ampuh. SIQ adalah mental Spiritual,
Ikhlas dan Qona’ah.
Spiritual sebagai aspek pengingat kita akan hakikat Allah. Bahwa
sombong adalah selendang milik Allah yang tak boleh makhluk satu pun yang
menyandangnya. Hanya Dia.
Ikhlas sebagai aspek yang akan mengingatkan diri kita kepada
sesama. Ikhlaskan diri untuk mendamaikan keadaan. Mundur satu langkah bukanlah
hal yang salah jika untuk mendapatkan jarak lompatan yang lebih jauh. J
Qona’ah sebagai aspek penerimaan kepada diri kita. Menerima dengan
tenang akan turut menenangkan hati kita
Inilah aspek-aspek penting yang ada dalam diri manusia, yang ikut menjadikan
mereka mampu menumbuhkan energi spiritual dalam menghadapi kehidupan. Mereka
mampu mempengaruhi orang lain, dan akhirnya membuat orang lain menghargai
kepribadian mereka. Karakter perilaku seperti inilah kalau terus dilakukan
menjadi kebiasaan dapat melahirkan perilaku yang bijaksana. Perilaku yang
meninggikan kemuliaan hidup kita dihadapan orang lain dan dihadapan Tuhan,
serta menjadikan kehidupan penuh potensi dan keagungan.
Semoga Allah mengaruniai
sabar yang tak terbatas dan ikhlas yang tak bertepi untuk kita semua, sehingga apapun
rintangan dan cobaan yang dilalui akan terasa lebih ringan. Aamiin :-)
*Terkadang saya malu untuk
menyampaikan risalah-risalah ini semua karena diri saya yang masih banyak
kurang, salah dan belum bisa sempurna melaksanakan kebaikan.Namun bagi saya itu
tak menjadi halangan untuk saling menginspirasi. Karena Rasul mengajarkan untuk
saling mengingatkan dan menasihati. Maka dari itu saya mohon maaf jika
keburukan itu tampak di depan saudara sekalian. MARI MENGINSPIRASI^^
@teguhleader
*artikel karya saya ini
dapat anda lihat pula di daftar note di akun facebook saya: Teguh Setyawan (Al Kazim)
"TeguhRevolutioner", semangat be-revolusi untuk lebih baik dan peduli.