Blora Kotanya Sate, 2 Syawal 1433 H
20.48-21.34 WIB, di samping hembusan
kipas angin.
Hampir setiap sudut rumah kita tak kan
lepas dari yang namanya debu. Kotoran satu ini merupakan partikel
ringan yang kerap menyita perhatian kita. Debu yang kecil ini
ternyata jika terakumulasi menjadi satu mampu membuat risih mata kita
dan membuat gatal hidung kita.
Ada sebuah pelajaran yang menarik dari
debu ini. Yaitu bagaimana debu ini tampaknya selalu ada di sekitar
kita meskipun kita membersihkan ruangan setiap hari. Entah itu
ruangan yang memang kotor ataupun ruangan ber-AC sekalipun, tak luput
dari yang namanya debu.
Dalam kehidupan nyata kita, debu ini
ibarat “kotoran”. Kotoran yang selalu menghiasi
relung-relung ‘nurani’ hati kita. Tampaknya sebuah keniscayaan
jika hati manusia tak bisa bersih dari dosa, kesalahan. Sama laiknya
debu, sebuah keniscayaan pula ruang atau benda tak kan luput dari
“tempelan” si debu ini.
Kecuali jika memang kita menciptakan
ruang yang hampa udara dan tertutup. Dapat dipastikan aman deh
dari si debu. Dan
lagi-lagi jika kita renungkan, kehidupan ini keadaannya bukanlah
layaknya ruang hampa, bukanlah di dalam botol kedap udara. Kehidupan
ini penuh dengan singgungan, kontak ‘komunikasi’. Jika kita
mengkondisikan diri kita di “ruang hampa” maka kemungkinan tak
akan kotor hati kita. Tak kotor memang namun kita juga tak kan hidup
di kondisi seperti itu karena keadaan seperti itu impossible.
Hehe
Saudarakau yang dirahmati Allah,
Ruangan yang kotor, ruangan ber-AC
itulah ibarat hati kita. Bagaimana kita menjaga ‘merawat’ hati
kita, hati milik Allah ini yang nanti juga akan diminta-Nya kembali
serta dimintai pertanggungjawaban. Coba antum renungkan, ruangan
tertutup akan meminimalisir masuknya debu, apalagi ruangan ber-AC
yang notabene memang harus terlindung rapat. Seperti itulah hati
kita, hati kita tak ubahnya seperti ruangan yang harus dijaga
kebersihan di dalamnya demi kenyamanan bekerja atau tinggal di
dalamnya.
Tampaknya kita terlalu acuh dengan
“debu-debu” hati kita. Kita tak pernah memasang pintu penutup
untuk ruang hati, tak pernah membeli kusen jendela untuk sirkulasi
ruangan, bahkan enggan memasang AC walaupun sebenarnya mampu. Hasil
akhir semua tergantung usaha, ruangan yang bersih tentu nyaman dan
disuka setiap orang, ruangan yang terjaga tentu akan menghadirkan
rasa mantap bagi seseorang untuk menempati.
Kata leluhur saya (orang jawa), “Jer
basuki mawa bea” artinya segala sesuati yang baik, bagus itu
membutuhkan usaha besar atau biaya besar untuk mendapatkannya.
Menjaga hati tak semudah membeli sepotong roti seribu rupiah, perlu
tekad dan usaha yang kuat agar “ruang hati” kita dapat kita
pasangi pintu, jendela, perlengkapan kebersihan bahkan AC. Perlu
“pembiayaan” yang mahal untuk melengkapinya. Dengan berbagai
macam kelangkapan tersebut harapan kita tentunya agar hati ini lebih
terjaga dari kotoran.
Debu memang sebuah keniscayaan dalam
kehidupan dunia ini. Kita tak dapat menghindarinya. Bahkan sosok
sesempurna Rasulullah saja juga pernah dihinggapi debu (tentunya
tidak separah kita, kalau kita mah debu yang tebal mungkin
sudah menjadi kerak, hehe). Walaupun Allah selalu “menjual” bahan
pembersih yang tiada batasnya serta menyediakan kelengkapan yang
tiada batasnya, namun setidaknya kita harus menjaga ruangan titipan
Allah ini dengan segala upaya untuk kenyamanan kita juga sebagai
wujud terimakasih kepada Allah. Coba antum rasakan lagi, jika kita
dipinjami sesuatu oleh orang lain kemudian kita jaga betul barang
tersebut, subhanallah pasti deh si empunya bakal percaya dan
sayang ma kite. :)
Selepas antum membaca note ane
ini, coba sebelum tidur atau bahkan sekarang sejenak sebelum antum
mengalihkan kursor, cobalah cek ke dalam ruang hati antum semua.
Sudahkah bersih dan rapi ruangan hati antum? Kira-kira sudah komplit
belum perlengkapan ruangan di dalamnya? Apakah baru punya pintu,
sudah punya AC barangkali. Atau malah terbuka blak tanpa pelindung
pintu dan jendela satu pun? Dan kita tampaknya pun acuh dengan
dekilnya ruangan kita. Sudah berkerak penuh debu, berantakan lagi,
parahnya gelap pula. Naudzubillah, Antum betah tuh tinggal di
tempat seperti itu???^^
Allah telah menyediakan “pembersih”
dan segala kelengkapan untuk menjaga dan menyamankan kita, SEMUANYA
G.R.A.T.I.S. dan tergantung kita mau ndak memasang dengan
susah payah, atau barangkali pasrah saja lah dengan keadaan
yang ada toh juga kotor lagi. Begitukah?^^
Betah atau tidak, semua ada di akal
kita sekarang. Beranjak dan bertekad membersihkan dan menjaga, atau
membiarkan seperti gua kotor? Pertanggungjawaban ada di kita
masing-masing selaku “peminjam ruangan”, terserah pemilik ruangan
nanti mau “menghadiahi” apa atas tindakan ada sebagai orang yang
dipinjami.
Siap membersihkan ruangan antum? Niat
dan keinginan untuk belajar adalah awal tindakan yang baik!!!^^
Salam revolutioner!!!
====================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.
@teguhleader
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!
*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun saya FB: Teguh Setyawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar