Sabtu, 12 November 2011

MAKNA IDHUL ADHA BAGI KEHIDUPAN


“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak. Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yangg terputus (dari Rahmat Allah”).[TQS.AL KAUTSAR(108):1-3]

Pondok Betung, 6 November 2011 Masehi
10 Dzu Al Hijjah 1433 Hijriyah

Afwan sangat telat Saudara-saudara untuk “meluncurkan” note ini. Karena adanya kepentingan yang perlu perhatian khusus. Bagaimana Idhul Qurban Antum/na kemarin? Ada makna yang didapatkah? Ataukah hanya sekedar lewat aja kayak daging kurban yang melewati perut kita?

 Kali ini ingin sekali hati ini berbagi tentang NIAT HIDUP BAGI MANUSIA. Manusia hidup di dunia pasti akan menjalankan peran mereka masing-masing. Ada yang menjalankan peran seorang “pemburu” dunia. Ada yang berperan “pemburu”akhirat. Dan ‘’pemburu-pemburu” lainnya. Niatan itulah yang membedakan kualitas kita di mata Allah. Kualitas di mata manusia dan Allah tentu berbeda. Ada sebuah kisah yang sangat mengesankan bagi hati kita, akan saya ceritakan sedikit.

Alkisah ada seorang sahabat yang meninggal malam-malam (afwan Ana lupa nama beliau). Rasulullah yang belum mengetahuinya ternyata dibangunkan Oleh Malaikat Jibril dan meminta agar jenazah disolatkan dan dikuburkan malam itu juga. Rasulullah bertanya kenapa begitu tergesa-gesa, apalagi dimalam yang dingin banyak sahabat lain yang sulit untuk dihubungi. Apa jawab Malaikat Jibril, “Tidak Ya Rasulullah, karena sudah menunggu sepuluh malaikat yang sebelumnya tidak pernah turun ke bumi, berdiri di depan pintumu hanya untuk menyolatkannya.”

Rasulullah terperanjat, beliau bangkit dan menanyakan apa amalan dari sahabat tersebut hingga membuat sepuluh malaikat yang tak pernah turun ke bumi itu berkenan di malam yang dingin untuk hadir menyolatkan. Jawab Malaikat Jibril, “Karena dia HIDUP UNTUK ALLAH.

Subhanallah, maukah kita merasakan nikmat seperti itu??^^

Hiduplah untuk Allah, wahai Sahabatku!!

Hiduplah untuk yang Maha Hidup, karena Dia-lah Sang Pencipta, Pengatur dan Pemilik kehidupan ini.
Banyak dari kita hidup untuk “yang lain”. Hidup untuk urusan hal di dunia, yang membuat kita mengesampingkan urusan kita kepada Allah. Sungguh dzalim yang sangat nyata yang seharusnya kita hindari.
Hidup untuk Allah artinya menyerahkan, meniatkan dan mengutamakan Allah dalam segala langkah hidup kita. Tak gampang memang, namun itulah ujian kehidupan yang sering kita hadapi, yaitu dilema antara pilihan mengutamakan keselamatan kehidupan dunia kita atau kehidupan akhirat kita. Contoh nyata adalah ketika anda dituntut bekerja melewati waktu solat, mana yang anda utamakan? Melanjutkan pekerjaan ataukah berhenti agar segera mengawalkan solat?

Dilema bukan anda untuk memutuskannya? Namun sebuah kisah inspiratif begitu sangat dicontohkan oleh beliau Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. Bagaimana beliau diuji Allah agar menyembelih putra pertama dan kesayangannya tersebut. Beliau begitu tegar dan sabar menerima dan menjalankan wahyu dari Allah tersebut. Hingga akhirnya Allah menggantikan rasa cinta Nabi Ibrahim yang begitu besar kepada Allah dengan menggantikan seekor domba untuk disembelih.

Kelulusan Nabi Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yang sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dengan taktik intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki kekuatan yang banyak tetapi beliau tidak menggunakan kekuatan agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dengan transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Nabi Ismail anak yang patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Nabi Ismail memberikan jawaban yang memancarkan keimanan tawaddu dan tawakkal kepada Allah bukan untuk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dengan kekerasan untuk memprotes kehendak bapaknya. 

Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Sebuah teladan betapa utamanya mengutamakan cinta kepada Allah, ikhlas dan tulus kepada Allah. Dan uswah syariat. Syariat yang diwahyukan kepada Nabi Ibrahim, bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim. Maka kita menyembelih hewan qurban di hari Idhul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim sebagaimana sabda Nabi SAW, Sunnatu abikum Ibrahim.
 
Hidup untuk Allah, sebuah prinsip yang seharusnya ada dalam sanubari setiap muslim. Hidup hanya untuk Sang Pencipta, mengutamakan Allah di atas apapun. SEperti Nabi Ibrahim yang lebih memilih menjalankan perintah Allah walaupun perintah itu adalah menyembelih anaknya sendiri (padahal seperti yang kita tahu, Nabi Ismail adalah putra pertamanya. Namun cinta kepada Allah yang tulus dan kuat dalam dada beliau tak gentar walaupun setan menggoda. Akhirnya apa balasan dari Allah wahai Saudara muslim? Akhirnya Allah menggantikan ketulusan Nabi Ibrahim dengan cinta-Nya yang Agung, yaitu tidak jadi menyembelih Nabi Ismail, justru digantikan dengan seekor domba yang gemuk.

Hingga saat ini lah syariat menyembelih hewan kurban dilaksanakan, untuk mengenang “pengorbanan”, pengorbanan apa? Yaitu pengorbanan Nabi Ibrahim untuk memilih Allah daripada menyelamatkan kenikmatan dunianya. Subhanallah, jadi begitulah makna kurban atau Idhul Adha sebenarnya.

Makna bahwa kita harus mengutamakan cinta kepada Allah dibandingkan cinta kepada dunia, HIDUP UNTUK ALLAH.

SUDAHKAH ANDA MEMERIKSA DIRI, HATI, DAN IMAN ANDA??
TANYAKAN, SUDAHKAH AKU HIDUP UNTUK ALLAH DALAM SETIAP LANGKAHKU???

Mari selalu mengoreksi diri kita dan orang lain, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran. Jangan takut atau enggan menyampaikan kebaikan kepada orang lain hanya karena kita belum melaksanakannya, INGAT Saudaraku!
HIDAYAH ALLAH DAPAT HADIR SETIAP WAKTU, MAKA PERCEPATLAH AGAR HIDAYAH ITU SEGERA DATANG!!!^^

Ya Allah, himpunkanlah kami ke dalam golongan yang ingat kepada-Mu
Selalu dalam agama dan syariat yang telah Engkau tunjukkan
Aamiin
Maaf, Ane telat lagi me-upload catatan saya, karena ada beberapa hal yang membuat menunda, semoga bermanfaat bagi Saudara-saudara.

Mari saling menginspirasi!!!^^

TeguhRevolutioner®
@teguhleader

Note ASLI KARYA SAYA

Selasa, 01 November 2011

Tenagai dengan Cinta


Bismillah….

Wadassari III, 28 Oktober 2011

Semangat hidup Saudaraku?

Bagaimana kabar Antum/na? Semoga masih dalam lingkupan cinta Allah Sang Pemilik Cinta^^

Beberapa hari kemarin saya begitu terhenyak melihat sebuah pemandangan. Pemandangan yang menyadarkan hati saya. Apa yang menarik?

Seorang bapak-bapak yang tampak lusuh penampilannya. Tangannya membawa sebilah tongkat kayu dengan pengait kayu di ujungnya. Di panggulnya dengan kedua punggung kekarnya sebuah karung tempat barang-barang “berharga” yang ia ambil. Tentu kita semua tahu kan kira-kira profesi bapak ini apa. Hinakah di mata Saudara-saudara?

Namun kali ini saya tidak akan memancing nurani teman-teman untuk peduli pada si Bapak tadi. Namun ingin mengajak nurani teman-teman untuk merenung, merenungi “sesuatu” hal. Sesuatu yang membuat bapak tadi bertahan dengan pekerjaannya. Yang membuat nya semangat dan tak pernah merasa capek dan malu.
Bagaimana seseorang mampu bertahan berjam-jam tanpa lelah? Apa pula rahasia para nelayan hingga “tega” meninggalkan anak istri menantang ombak dan badai? Apa trik kuli bangunan bekerja hingga berjam-jam di bawah terik matahari?

Kekuatan apa yang membuat mereka kuat fisik dan tahan mentalnya?

Analisis saya akhirnya berakhir pada “SEMANGAT”, ternyata masih belum puas nurani dengan jawaban SEMANGAT, karena semangat muncul karena sebab. AKhirnya ku temukan bahwa jawaban itu adalah “CINTA”. Ya, “Kekuatan Cinta” (the power of love). Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian bagi apapun yang dicintainya. Kepada Allah yang selalu mencintainya, kepada keluarga nun jauh di sana,kepada masyarakat banyak yang membutuhkan karya mereka, kepada alam yang “mengasuh” mereka, kepada bayangan masa depan hidup sejahtera, ataupun kepada hati tempat cinta itu mengalir. Hehe

Tenagai!

Berikan tenaga cinta dalam aktifitas kita. Allah menciptakan makhluk pun karena cinta. Sudah seyogyanya kita pun melakukan sesuatu atas dasar cinta. Jika kita jeli, ketika kita menonton film Harry Potter betapa kekuatan cinta dari ibunya mampu melindungi Harry dari kekuatan jahat Voldemort. Saya jadi teringat bagaimana teman saya begitu kuatnya semalam tidak tidur karena mau ujian esoknya. Kira-kira cinta apa yang memberikan tenaga padanya? Mungkin atas dasar cinta pada dirinya, dia merasa sayang jika dirinya hanya dihargai dengan nilai empat atau di bawahnya. Subhanallah…

Rasanya tak ada yang tak mungkin jika kita maksimal menyuplai tenaga cinta pada aktifitas kita. Tengoklah bagaimana gigihnya seorang lelaki yang berusaha mendapatkan wanita idaman hatinya, bagaimana gigihnya dia memutar otak (melebihi dia sewaktu menghafal Quran), bagimana gigihnya dia memeras tenaga agar dapat bertemu (melebihi kekuatan dirinya untuk sholat berjamaah).

Keren kan kekuatan cinta??? Tak cukup diuraikan di sini untuk membeberkan cerita-ceritanya.hehe
So, bila kita berkeluh kesah hanya karena beratnya tugas, betapa lamanya ujian yang kita hadapi, dan betapa berat rasanya menjalani amanah dalam kehidupan. Maka, berikanlah tenaga!

Tenagailah Saudara-Saudara!!!

Tenagailah dengan cinta, semua yang sulit akan mudah, yang berat akan terasa ikhlas, yang buntu solusinya akan terbuka idenya karena cinta akan melahirkan sifat gigih dan konsisten serta kreatif.
Sebuah pesan penutup, “Mari tenagai aktifitas kita dengan cinta, dasarilah dengan cinta, cinta akan melahirkan keikhlasan, keikhlasan akan melahirkan kegigihan, kegigihan akan membawa pada solusi dari setiap maslah yang menghadang.”

Salam ma’ruf!!!^^

Mari saling menjaga persaudaraan dengan cinta yang benar^^

Menyitir puisi…

Cinta pertamaku padamu Ya Allah..
Cinta keduaku padamu Ya Rasulullah..
Cinta ketiga ku padamu Ya Abi wa Umi..
Cinta terakhirku padamu Ya....Ukhti/Akhi….

Hehe…

Salam Cinta!!!
=====================================================================================
Karena ada suatu hal, kami mohon maaf minggu ini telat  meluncurkan note, insyaallah minggu berikutnya  akan konsisten kami luncurkan note-note berikutnya. Terimakasih selalu setia membaca, dan semoga dapat saling menginspirasi sesama.

@teguhleader

TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ASLI karya saya




Selasa, 18 Oktober 2011

INDAHNYA MENIKMATI MASALAH


Kompleks Meteo Dephub, 18 Oktober 2011
Pondok Betung, Tangerang Selatan

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,
padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang
yang beriman. (QS.Ali 'Imraan:139)

Bagaimana kabar antum/na? Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberi nikmat kesehatan dan kesempatan kepada kita. Sehingga Saudara sekalian dapat menyempatkan diri dan hati “mampir” membaca note saya di akun facebook ataupun blog saya.

Sebelumnya saya minta maaf, hampir tiga minggu lamanya saya tidak mengunggah catatan saya. Karena ada aktifitas di sekolah, OSPEK/MADABINTAL. Banyak pembelajaran positif di sana, insyaallah akan saya uraikan kata jiwa saya tentang hikmah-hikmah di sana nanti secara berseri pada note-note berikutnya.

Kali ini saya akan menguraikan sedikit uneg-uneg saya, bertemakan tentang bagaimana menikmati dan berteman dengan masalah. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

Saudaraku sekalian, seringkali kita merasa beban yang sedang kita alami adalah sangat berat, bahkan paling berat diantara beban yang dimiliki oleh orang lain. Orang memiliki kecenderungan suka menceritakan beban, kesulitan, atau masalahnya kepada orang sembari
meyakinkan ataupun menampakkan orang lain bahwa bebannya yang paling berat. Menurut anda, Apa itu membantu?

Menceritakan beban kepada orang terdekat atau yang terpercaya mungkin akan meringankan, tetapi kalau ke banyak orang justru malah tidak baik. Dari pada bercerita ke sana ke mari tentang beban kita, mengapa tidak bercerita dan mengadu kepada Allah SWT saja kah???

Adakah rasa  malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung bersikap lemah? Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalahkan orang lain, lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini menurut saya justru menampakkan bukti kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang muncul.

Saudara muslim/ah, ingatlah bahwa Allah melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar sekokoh batu karang dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang
menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita.

Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi kita. Berharap belas kasihan? Tidak menjamin lebih baik, malah bisa saja kita ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan justru akan memadamkan api energi dalam tubuh kita untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam ini justru akan membuat masalah berlarut-larut? Ya kan?

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (TQS. AL BAQOROH[2]:286)

Ayat ini memberikan kekuatan kepada kita untuk lebih percaya diri dalam
menjalani hidup ini. Kita percaya, bahwa diri kita sudah diberikan kekuatan untuk
menghadapi masalah bagaimana pun beratnya menurut ukuran kita. Kita juga
yakin, bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang melebih kemampuan
kita.

Justru, saat kita mendapatkan masalah yang berat, sangat berat, bahkan paling
berat dibanding masalah yang dihadapi orang, ini menunjukan bahwa kita
memang memiliki kemampuan yang lebih. Sebuah ilustrasi mudahnya, seorang anak SD tentu hanya akan diberikan soal ujian untuk SD, sementara seorang mahasiswa akan mehadapi
ujian untuk tingkat perguruan tinggi. Harusnya kita malu, jika kita menyerah
dengan ujian yang kita hadapi. Jangan-jangan, ujian yang diberikan adalah untuk
level SD, sementara orang lain menghadapi ujian level perguruan tinggi dan
mereka mampu menghadapinya.

Saya merumuskan tiga resep menghadapi masalah yang saya koarkan selalu di hadapan rekan-rekan OSPEK saya kemarin, HADAPI, HAYATI, NIKMATI.
HADAPI, masalah tak kan kunjung ada solusi jika kita hanya berdiam diri, jadi…hadapilah dengan keyakinan dan strategi yang mantap. HAYATI, tak ada yang berlalu sia-sia di dunia ini, bahkan tindak buruk sekalipun. Cerdas dan pekalah, hayati segala yang menghadang kita. Adakah maksud tersembunyi dari Allah? Kita harus mampu untuk menangkap maksud Allah. NIKMATI, rasakan dan nikmatilah ketika menghadapi masalah. Jangan tegangkan pikiran, namun tenanglah dan bijak.

Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang justru akan menambah kesemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah kita akan gamang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah. Bangkitlah kawan, hapus air matamu, dan kuatkan dirimu.

SEGERA ACTION KAN LANGKAHMU!!!^^
JANGAN HANYA BERDIAM DIRI, BERSEMANGATLAH KAWAN!!!^^

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya.

*Terkadang saya malu untuk menyampaikan risalah-risalah ini semua karena diri saya yang masih banyak kurang, salah dan belum bisa sempurna melaksanakan kebaikan.Namun bagi saya itu tak menjadi halangan untuk saling menginspirasi. Karena Rasul mengajarkan untuk saling mengingatkan dan menasihati. Maka dari itu saya mohon maaf jika keburukan itu tampak di depan saudara sekalian. MARI MENGINSPIRASI^^

*artikel karya saya ASLI, penambahan info dari berbagai sumber.





Selasa, 20 September 2011

Wajib Militer (WAMIL) Perlukah ?

Pondok Betung, Tangerang Selatan, 21 September 2011
(Sembilan hari menjelang peringatan hari Kesaktian Pancasila)

Selamat dalam waktu apapun anda membaca note saya ini Saudara-saudara!

Semoga Allah selalu menaungkan rahmat-Nya, dan mari kita berpeka hati “menjemput” pertolongan-Nya atas jawaban semua doa kita.

Beberapa hari ke depan saya akan menjalani ritual “Madabintal” (Magradika dan Pembinaan Mental) sebuah tradisi turun temurun untuk taruna di sekolah baru saya. Mohon doa dan restunya, semoga lancar dan kuat.hehe

Tak jauh terkait dengan Madabintal tersebut, saya jadi terkenang bagaimana Ayah saya lima belas tahun lalu awal SK CPNS-nya turun dan beliau harus menjalani Prajabatan ala “militer” yang dikenal WAMIL (Wajib Militer). Sebuah tradisi warisan pemerintahan Orba(orde baru) yang sekarang telah dihapus sejak “merdeka”-nya reformasi namun masih terpelihara di lingkungan pendidikan ketarunaan. Kala itu setiap pemuda usia 17-27 tahun mendapatkan pendidikan tentang ideologi Pancasila, kewiraan, pelatihan militer, dan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Beberapa negara lain masih menerapkan Wamil hingga saat ini, bahkan tak pandang bulu untuk kalangan artis sekalipun. Sebut saja daratan Korea dan Cina, yang terkadang sampai harus menguber-uber warga artis mereka agar mengikuti Wamil. Negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura pun masih menerapkan sistem ini kepada warga negaranya. 

Ada sebuah cerita (cerita wajib ada dalam note saya, hehe) menarik dari sebuah media yang saya baca yang akan menyinggung perasaan sadar kita. Suatu ketika dalam rangka kunjungan (seperti pertukaran pelajar) mahasiswa Korea Selatan ke Indonesia. Selain berinteraksi dengan mereka melalui diskusi, mereka sempat beradu otot dan otak dalam permainan ketangkasan. Bisa ditebak, mahasiswa Indonesia  kalah oleh mahasiswa-mahasiswa Korea Selatan yang badannya tegap dan sikapnya tegas itu. Ternyata, mereka baru saja menyelesaikan wajib militer di negaranya dan itu yang membuat tubuh mereka tegap dengan sikap yang tegas dan militan. 

Setali tiga uang dengan Singapura, pasti anda tak percaya kalau teman-teman Singapura mengenal Indonesia sedemikian dalamnya. Mereka tahu jumlah pulau di Indonesia yang sampai 17 ribu itu, mereka tahu SBY presiden RI yang keberapa. Mereka tahu sumber-sumber daya alam dan lokasinya di Indonesia. Mereka tahu luar dalam Indonesia, bahkan yang mengherankan mereka tahu jumlah dan jenis pesawat tempur kita. Mereka sangat-sangat sadar kondisi negaranya dan mengenal negara-negara tetangganya karena mereka terikat wajib militer sampai batas usia tertentu

Mendengar dan membaca cerita tersebut, timbul dua buah pemikiran dalam pikiran saya, “Perlukah Wamil untuk dilestarikan kembali? Seberapa besar peranan Wamil untuk kesatuan bangsa?”. Bagaimana menurut pandangan anda?

Saya punya beberapa analisis tersendiri  mengenai perlu tidaknya Wamil, setidaknya untuk menggugah hati Anda.  Pertama, bangsa kita tengah mengalami degradasi kualitas dan pelemahan. Dewasa ini, sering  kita disuguhi pemandangan konflik etnik, disintegrasi, bahkan perkelahian antardesa, antarsiswa. Sebuah cermin menurunnya  semangat persatuan dan nasinalisme dan menyuburkan jiwa primordialis (kesukuan).

Kedua, terbentuk jiwa yang disiplin dan kuat pada negara-negara yang menerapkan wamil. Seperti cerita saya diatas, kita dapat mengatakan bahwa disiplin dan rasa patriotisme yang tertanam kuat akan melahirkan etos kerja yang tinggi. Dengan etos kerja tinggi akan menaikkan daya saing sumber daya masyarakatnya. Sehingga akan terbentuk karakter yang maju dan tidak terbelakang. Terbentuk negara yang makmur dengan pertahanan dan keamanan yang kuat pula.

Ketiga, lemahnya ideologi Pancasila dalam bangsa dan tiada kesediaan berkorban para pemuda. Tidak ada lagi indoktrinasi ideologi bagi generasi muda yang tumbuh di era reformasi ini. Indoktrinasi hanyalah melalui mata kuliah/pelajaran Agama dan Kewarganegaraan. Kecuali mahasiswa dan generasi muda yang aktif di gerakan pemberdayaan masyarakat ataupun organisasi sosial. Bisa dibilang, generasi muda kita tidak lagi mengenal ideologi negara. Lihat saja kondisi kita yang mulai acuh dengan isu-isu politik dan pemerintahan tanah air. Sibuk dengan kongkow, clubbing, obrolan tak manfaat. Kita benar-benar sibuk dengan euforia masing-masing. Dalam kondisi seperti ini, terus terang saya jadi bertanya-tanya bisakah kita anak-anak muda  menang dalam persaingan dengan anak-anak muda dari negeri tetangga?

Tiga elaborasi tersebut hanya pendapat pribadi, tentu masih banyak pertanyaan ataupun pertentangan dalam diri saudara tentang wamil. Mungkin ada yang berpendapat, ada ketakutan kembali berkuasanya hegemoni militer kita. Mungkin ada yang berpendapat tak perlu karena kita sudah dalam kondisi “aman” tidak berperang. Mungkin lagi dalam benak anda, hal itu membuang banyak anggaran dan waktu.

Hegemoni militer tak perlu kita takutkan di zaman terbuka seperti ini, konsep Dwi Fungsi ABRI bisa dikatakan sedikit “melenceng” dari jalur. Mengapa saya katakan sedikit melenceng? Banyak pejabat militer yang ternyata memanfaatkan kedekatan mereka dengan penguasa untuk memperkaya diri dan mempertinggi kedudukan. Nah, ini mungkin yang perlu diubah. Megambil pemikiran dari Bung A. Riawan Amin. Beliau mempunyai konsep Dwi Fungsi Sipil, dimana pos jabatan militer dapat diisi pula oleh orang sipil sehingga dalam kemiliteran diisi oleh orang-orang dengan berbagai macam kompetensi.Hal ini tentu sangat bagus bukan, untuk menaikkan kualitas militer kita.

Kondisi kita aman? Dari Hongkong?hehe.  Kita memang aman tak ada perang ataupun gangguan dari negara lain. Namun kita harus peka pula bahwa kita juga mendapat ancaman Globalisasi. Ancaman yang tak pernah kita sadari bukan? Jika nilai luhur dalam agama dan Pancasila telah terlupakan dari hati kita, dapat dipastikan kita akan “tergerus” dan kalah dalam perang ideologi.

Menurut saya, anggaran yang besar jikalau sebanding dengan kemanfaatan bagi bangsa adalah lebih baik daripada digerogoti pejabat yang berkedok agenda kerja yang hasilnya tak bisa benar-benar dirasakan. 

Tujuan saya menuliskan tentang Wamil ini adalah untuk menggugah hati kita untuk selalu waspada dengan ideologi yang meruntuhkan kesatuan kita. Serta  menggugah jiwa kita untuk mempunyai etos kerja dan disiplin yang kuat. Munyuburkan jiwa yang peduli dengan keadaan yang buruk, peduli untuk mengadakan revolusi, revolusi diri terutama. Mungkin tak perlu pula kita lantas berkoar tak jelas menyuarakan nasinalisme dengan demonstrasi. Namun awalilah dari diri sendiri kemudian mengajak orang di sekitar anda.

 Me-copy perkataan Bung Osa Kurniawan Ilham, “Sejak dini mahasiswa harus sadar adanya atmosfer pertempuran dan persaingan ini. Mahasiswa harus sadar bahwa walaupun bekerja di negeri sendiri, saat kelak mereka kerja di industri perbankan, di perusahaan energi, di perusahaan telekomunikasi, di perusahaan engineering boleh jadi mereka hanya akan jadi bawahan dari pihak-pihak asing yang menjadi investornya. Mereka harus disadarkan bahwa walaupun perusahaan-perusahaan itu ada di Indonesia, dia sudah tidak lagi menjadi milik Indonesia. Dan mungkin kelak mereka harus bersaing dengan teman-teman mereka dari luar negeri, hanya untuk mendapatkan pekerjaan di negara sendiri. Saya memprediksi bahwa masa depan adalah masa yang semakin sulit bagi adik-adik mahasiswa kita sekarang. Dan dengan pendidikan intelijen (Wamil.red) ini, diharapkan terbentuk sikap militan yang pantang menyerah. Nggak usahlah boro-boro untuk membela negara, paling tidak itu berguna untuk bisa bertahan hidup dan untuk memenangkan persaingan di masa depan.”


MARI SALING MENGINGATKAN DAN MENGINSPIRASI
SEMOGA BERMANFAAT


SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^
 =========================================================================

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, HIDUP mengejar kesempurnaan, namun Allah menciptakan kita saling berbeda untuk saling MELENGKAPI, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.

Kamis, 15 September 2011

BELUM KORUPSI, BELUM ADA KESEMPATAN?

Kalimongso, Tangerang Selatan, Banten
15 September 2011

Salam hidup untuk sejahtera saudara semua,

Kali ini sedikit saya akan sharing tentang kondisi sosial, namun tak kan jauh dari SOP saya yang akan menuangkan juga kisah inspiratif di dalamnya. Kondisi apa yang akan kita bahas? Tentang hal klasik, corruptio (korupsi:latin).

Beberapa waktu lalu saya mendapat sebuah bacaan bagus yang mengilhami saya untuk menuliskan note ini. Membaca artikel opini oleh Arief Kurniawan dari koran Jawa Pos, di situ dituliskan sebuah kisah lucu dan menggelitik namun memang apa adanya, saya akan mencoba menuliskan kembali dengan bahasa saya.

Pada suatu waktu sebuah Departemen X suatu negara ingin menambah bangunan untuk kantornya. Ada tiga kontraktor yang mendaftar untuk memenangi tender yang ditawarkan. Kontraktor dari negara Jepang mampu membangun dengan biaya 25 ribu dolar, negara Amerika Serikat mampu dengan biaya 50 ribu dolar, sedangkan kontraktor Indonesia dengan biaya 75 ribu dolar. Sang pemilik perusahaan pun bertanya kepada kontraktor Indonesia karena penasaran dan seolah tidak percaya. “Bagaimana Anda bisa memasang tender sebegitu mahalnya melebihi bea Jepang, apa pekerjaan Anda mampu mengalahkan kualitas Jepang?” ,tanya Kepala Departemen. Jawab Kontraktor Indonesia, “Tenang Pak, biaya 75 ribu dolar ini saya bagi kok. 25 ribu untuk saya, 25 ribu untuk Bapak, dan 25 ribu kita serahkan saja pada si kontraktor Jepang untuk menggarap proyek ini, bagimana???”

What??? Menggelikan memang, namun itu mungkin cukup menggambarkan bagaimana “kotor”nya multisistem di negara kita. Bagaimana bisa? Sebelum jauh kami memaparkan penyebab korupsi, sedikit membuka ingatan tentang definisi korupsi itu sendiri. Definisi Korupsi adalah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).perilaku pejabat publik (pejabat pemerintahan), yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat.

Perbuatan korupsi memang berbeda dengan pencurian biasa/maling, perbuatan ini yang notabene dilakukan oleh oknum pejabat publik cenderung memiliki dampak yang luas ,yang menyangkut suatu sistem pemerintahan dimana dia berada, dan bahkan bisa membuat kehancuran suatu negara, ini yang membedakan dengan prilaku kriminal biasa di level masyarakat umum yang efeknya sebatas lingkup per-individu dan tidak mempengaruhi sistem pemerintahan. Memprihatinkan saat membaca bahwa Indonesia menempati ranking 3 besar dunia untuk kasus korupsi ini.

Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat, yang pertama greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi. Kedua, opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang (kesempatan) terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi pun menganga lebar. Ketiga, need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Keempat, exposes berkaitan dengan hukuman (penalty) pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim.

Ada dua buah hal yang menarik perhatian saya dari teori Jack Bologne di atas. Pertama, tentang hukuman yang tak sebanding, bayangkan saja oknum yang korupsi sepuluh milyar hanya divonis sekitar empat tahun. Jika ia bersikap baik di prodeo, dia akan mendapatkan remisi-remisi, dan asumsi tidak sampai tiga tahun sudah dapat melenggang bebas. Uang sepuluh milyar pun belum habis dan dapat menjadi modal ia hidup selanjutnya. Renungkan, betapa enaknya korupsi bukan???hehe

Kedua, tentang sistem yang membuka lebar pintu kesempatan tindak korupsi. Kata “Bang Napi”, “Kejahatan timbul karena adanya kesempatan.” Mari kita ingat-ingat sederet kasus korupsi yang menyeret kaum muda. Kaum yang mungkin dulu zaman ’98 getol-getolnya menyorakkan “Anti Korupsi!!! Bunuh Koruptor!!!”, sekarang banyak dari mereka terjebak di lubang korupsi pula, setidaknya itu yang tertangkap penyidik. Ribuan oknum lain yang dulu menghidupkan jiwa “Anti Korupsi”-nya, dan sekarang masih melenggang bebas belum ketahuan pun pasti lebih banyak. Pertanyaannya, “Jangan-jangan yang berkoar-koar anti korupsi di luar sana karena memang belum mendapatkan kesempatan ya??”, hehe hanya diri kita sendiri yang mampu menjawab. Termasuk Anti Korupsi sejati-kah kita? Atau hanya abal-abal karena tak punya kesempatan????

MARI SALING MENGINGATKAN
SEMOGA BERMANFAAT
SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^


Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber 
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.