Senin, 10 Desember 2012

Happiness is Choice (The Art of Tea)-part1


Akedemi Meteorologi dan Geofisika, 11 Desember 2012.
09.40-10.30 WIB

Salam semangat akurat saudara/I ku semoga kesehatan dan kabar baik selalu menyertai antum/na sekalian.

Di waktu ini, saya akan berbagi sebuah cerita tentang nikmatnya menikmati teh, teh kehidupan.
Kalau menceritakan momen ini, angan saya selalu terbawa di dua momen masa lalu. Yang pertama adalah momen bersama kakek saya setiap pagi minum teh atau kopi bersama kemudian beliau menceritakan dongeng atau cerita berhikmah( karena waktu itu masih belum sekolah,hehe) kalau  tidak beliau sekedar mengecek hapalan saya tentang nama-nama provinsi, anak hewan(dalam bahasa jawa tentunya) ataupun hal-hal lainnya. Momen yang selalu kurindu dan tak mungkin untuk dihadirkan lagi.

Momen yang kedua adalah ketika dewasa ini, sebelum masuk kegiatan belajar mengajar di AMG tentulah menjadi kebiasaan bagi setiap taruna untuk melewati “ritual” yang bernama ospek. Ospek atau masa orientasi seorang taruna pun dapat dibayangkan penuh ketidaknyamanan dan tekanan. Apalagi waktu itu mendapat amanah menjadi danton (komandan pleton ‘ketua kelompok) dalam pleton ospek. Fiuhh..pressure dari senior memaksa saya untuk bisa tahan dan berbesar hati. Dan momen indahnya itu salah satunya adalah ketika saya dapat menikmati segelas teh hangat sepulang dari ospek. Segelas teh hijau yang menyegarkan dan menenangkan.

Sahabat Revolutioner…

Dalam sebuah literatur kehidupan, saya pernah membaca bahwa para tetua di Jawa biasa memaknai kehidupan di dunia hanyalah tempat untuk mampir minum ‘Urip nang ndonya iki mung mampir ngombe’. Sebegitu sederhanakah kehidupan ini? Itulah dunia, lain di barat lain di timur. Jika kita memandang kehidupan orang-orang Barat, mereka akan cenderung memandang kehidupan sebagai perjuangan dan persaingan. Lain di timur, kehidupan kan dipandang sebagai serangkaian keindahan dan keharmonisan.
Orang timur adalah bangsa yang sangat menyukai teh, kenapa minum teh menjadi kebiasaan yang sangat digemari orang timur? Menurut saya, minum teh bukanlah sekedar menikmati hangat serta  wangi aromanya saja. Ada pemaknaan yang lebih dari aktifitas minum teh ini.

Bagi orang Jepang, teh adalah simbol kesadaran. Oleh karenanya kita pasti juga pernah mendengar tentang The art of tea, yaitu seni bagaimana menikmati teh. Menikmati teh dalam cangkir yang dituang dari teko, kemudian kita hirup aroma wangi the tersebut adalah kenikmatan tersendiri apalagi jika dinikmati di areal pegunungan yang sejuk. Akan membawa pikiran kita dalam keadaan yang menenangkan dan penuh kedamaian.

Sahabat, sebenarnya apa sih pembelajaran dari The art of tea ?

Inti pembelajaaran dari The art of tea adalah tentang menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran.Kesadaran apa? Kesadaran bahwa kehidupan ini memberikan pilihan-pilihan bagi kita. We are what we choose, artinya kita yang sekarang, dulu dan masa mendatang adalah campur tangan pilihan-pilihan yang kita ambil atas kehidupan kita. Oleh karenanya banyak orang timur mengajarkan kepada anak-anaknya agar hidup penuh kesadaran.

Berbicara tentang kesadaran untuk hidup bahagia, ada yang berpendapat bahwa kebahagiaan pun adalah sebuah pilihan, happiness is a choice. Pilihan karena ada orang yang memikirkan kebahagiaan sendiri dan kahirnya berujung pada banyak penderitaan. Namun ada pula yang memikirkan pula kebahagiaan makhluk lain, dan akhirnya orang-orang seperti inilah yang akan menemukan kebahagiaan yang paripurna (ultimate happiness). Dan kedua hal ini pun juga pilihan, pilihan hidup kita. Live is choice!!!

Dalam note part 1 saya ini saya ingin membedah kesadaran kita, kesadaran bahwa kebahagiaan adalah pilihan.

Mengutip kata-kata Pak Gobind Vashdev, “Tubuh dan pikiran kita hari ini terjadi karena apa yang kita lakukan dan pikirkan pada masa lalu, tubuh dan pikiran apa yang ingin Anda lihat pada masa depan, tergantung pada apa yang akan Anda lakukan dan pikirkan mulai saat ini dan ke depannya.”

Salam Semangat akurat!!!^^

Sampai jumpa di note part 2, insyaallah akan segera dirilis. Bismillah…
=========================================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.

FOLLOW: @teguhleader

TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun Facebook saya: Teguh Setyawan

Senin, 26 November 2012

GPS Kehidupan

Djayakarta, 21 November 2012

Bismillah arrohman arrohim
Semoga rahmat Allah selalu tercurah ke hadirat antum/na semua. Dan semoga keselamatan, keteguhan dan kekuatan senantiasa di berikan kepada saudara muslim/ ah semua di dunia ini terkhusus saudara di bumi Al Quds yang tengah didzalimi oleh musuh abadi umat muslim. Di kali ini ane ingin menceritakan sebuah pengalaman yang saya alami, pengalaman yang mengajarkan betapa pentingnya “penunjuk” dan “petunjuk” dalam perjalanan.

Sekitar dua minggu lalu saya kebetulan mendapat amanah untuk dinas luar menghadiri sebuah undangan Dies Natalis sebuah perguruan tinggi lain. Perguruan tinggi di bilangan Cinere ini memang tak asing namanya di telinga saya. Namun berkelana di wilayah sepadat Jakarta bagi anak kampung seperti saya adalah hal yang membuat saya berpikir dua kali untuk berangkat. Bagaimana tidak, Bapak saya sering menakut-nakuti, “Ati-ati yen mlaku-mlaku nang Jakarta, rame..opo maneh ngangge motor, nek kesasar ra iso mbalek mengko.” (Hati-hati kalau jalan apalagi pakai motor di jakarta,  kalau tersesat tak bisa muter kembali nanti). Sontak saja nasihat beliau ini membuatku “galau”..haha(semalaman gag bisa tidur kepikiran bagaimana solusi terhadap hal ini.

Ahh..akhirnya paginya tetap nekat saja saya pergi dengan seorang teman yang ternyata juga tak tahu arah serta rute ke tempat tersebut. Wahh..benar-benar hal yang membuatku semakin panik. Namun kepanikan itu tak lama setelah teman saya menjelaskan singkat rute ke sana, akhirnya apa yang dikhawatirkan Bapak saya terjadi...biarpun sudah dijelaskan teman saya,  ternyata tetap saja bingung karena banyak cabang...haha dan akhirnya pun tersesat. Alhamdulillah, saya baru teringat bahwa hape saya telah terintegrasi dengan piranti lunak bernama “peta” yang terkoneksi dengan satelit GPS milik Amerika itu. Hanya dengan men-setting arah tujuan saya, si peta ini mampu membimbing saya langung ke rumah, bahkan dengan jalur rute yang paling dekat dan paling cepat.

Sahabat revolutioner, dalam menjalani kehidupan di bumi Allah ini banyak sekali akan kita temui kebuntuan- kebuntuan dalam menghadapi ujian Allah, baik itu akibat ketidaktahuan kita ataupun keacuhan kita untuk mencari solusi dari kebuntuan tersebut. Seperti saya tadi, ada golongan orang yang benar-benar stress dan takut untuk menjalani kehidupan ini. Katanya penuh resiko. Beliau Bapak saya selalu berpesan setiap tindakan akan mengandung resiko. Dan nilai serta kualitas tindakan yang kamu ambil tadi adalah dengan mempertahankan dan menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan adalah benar dan berkualitas. Dan benar memang, orang yang tidak mau berubah, orang yang hanya berdiam diri dengan ketakutannya tidak akan berubah dari keadaannya tersebut.

“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.”( TQS AL  A’ROOF[7]: 30)

Dalam ayat tersebut terdapat makna pilihan bagi kita manusia. Kita diberi pilihan untuk menjadikan diri kita sebgai golongan orang yang mendapat petunjuk ataukah menjadikan diri kita sebagai golongan yang sesat. Dan kebanyakan dari manusia justru menjadikan setan sebagai pelindung, pemberi petunjuk padahal kita ketahui bersama secara galib atau umum bahwa setan adalah golongan yang nyata-nyata menjadi musuh kita dan tanda itu adalah kita berdiam diri merasa sudah mendapat petunjuk, padahal belum bahkan tidak.

Pelajaran kedua yang dapat kita ambil adalah bahwasanya petunjuk itu kita cari, bukan berpangku tangan menunggu. Hidayah itu tak kan serta merta langsung turun. Bahkan untuk mendatangkan hujan saja kita harus terlibat pula dalam siklus hidrologinya agar hujan cepat turun.

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.” (TQS AZ ZUMAR[39]: 41)

Dari ayat tersebut, nyata-nyata Allah telah memberikan sarana yang nyata. Bagaimana kita menghadapi problematika kehidupan ini. Yaitu melalui kitab kitab terakhir yaitu Al Quran Al Huda. Dan Allah nyatakan pula bahwa setiap manusia mempunyai pilihan sendiri. Yaaa...kalau memang dia memilih jalan kesesatan sebagai pilihan ya itu pilihan dia. Kita tidak punya hak untuk mengintervensinya lebih lanjut, bahkan kita pun tak ada tanggungan jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Sungguh Allah benar-benar Maha Adil.

Sahabat, demikian tadi dua pelajaran yang ane dapat dari sebuah perjalanan dinas. Bahwasanya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu dalam memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya. Dan sama sekali kita tak punya kuasa untuk menghadirkan hidayah bagi seseorang meskipun orang tersebut seorang abid dan alim agama. Kita hanya bisa menjadi perantara hadirnya hidayah Allah kepadanya.

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (TQS QOSHOSH[28]: 56)

Namun sungguh miris dan tidak nyaman memang jika melihat ketimpangan di sekitar kita. Apalagi itu dilakukan oleh saudara-saudara kita yang terikat dalam ukhuwah. Gatel banget rasanya dan ingin segera “bertegur-sapa” kepadanya.Dan sungguh merugi orang yang diberi petunjuk namun tidak memanfaatkan momen tersebut dan justruberkeras hati dan kepala menolak. Semoga Allah selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita. Aamiin

“Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (TQS AL KAHFI[18]: 57)

Salam Revolutioner!!^^
Terimakasih sangat teruntuk Ibuk atas doa, semangat, dukungan, dan kepercayaan yang diberikan tiada henti^^
^^^^^^^^^^
Ya Allah Tuhanku, jadikanlah hati kami hati yang selalu terbuka dan peka menerima hidayah dan petunjukmu. Bersihkan hati ini dari nafsu dunia yang membutakan kami.
Ya Allah Yang Maha Menguasai Hati,jadikanlah jiwa dan raga ini sebagai sarana penghantar, penyampai hidayah kepada saudara-saudara kami. Teguhkanlah, muliakanlah kami dengan kemuliaan-Mu.
Aamiin.

==================================================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.

FOLLOW: @teguhleader

TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di website saya: www.teguh-be-leader.blogspot.com

Senin, 05 November 2012

Mencintai yang Tidak Sempurna dengan Sikap yang Sempurna

Pagi Revolutioner’s...
Lama tak bersua dalam catatan inspirasi..
Kali ini ane akan berbagi kepada antum/na artikel inspirasi rekan ane yang tak mau disebut namanya.
Tentang bagaimana mencinta. Mencintai sesuatu, seseorang dengan ketidaksempurnaannya dengan sikap serta cara kita yang sempurna.
Bismillah..salam revolutioner..Semangat Akurat!!!^^
*****
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adaah kesempatan.
Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.
Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Adasuatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
*****
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai hambamu yang istiqomah dalam kebaikan, qonaah dan bersabar dengan segala keputusan dan terjaga dalam lautan nikmat-Mu. Satukanlah kami dengan hati-hati yang selalu menyebut nama-Mu, dalam jiwa yang selalu Engkau jaga. Dalam lingkungan yang selalu menghidupkan dan membangkitkan semangat kami dalam pembaikan diri. Aamiin
Semoga note singkat ini menjadi inspirasi kita untuk lebih bersyukur, berlapang hati dan qona’ah  dalam menjalani kehidupan yang tak terlepas dari yang cinta. Cinta yang membuat semuanya hidup dan berjalan.
Bersyukur adalah keharusan, namun LEBIH BERSYUKUR adalah adalah sebuah keharusan yang harus diupayakan.^^
Katakanlah:"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (TQS. Ali Imron: 31)
Artikel inspirasi saya, silahkan menyebarkan, berbagi  kepada yang lain jika bermanfaat.^^

Follow: @teguhleader
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun Facebook saya Teguh Setyawan (Al Kazim)

Selasa, 28 Agustus 2012

KAYA BERMANFAAT MISKIN BERMARTABAT


Mbloro, 25 Agustus 2012

Kesenjangan ekonomi tampaknya tidak dapat dihindari. Negara maju sekelas Jepang, Cina Amerika Serikat pun tak mampu lepas dari kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpeghasilan rendah (hendrakuswandi.blogspot.com). Kesenjangan ekonomi dan kemiskinan adalah satu paket masalah besar yang paling mendominasi negara-negara berkembang.

Pengamat ekonomi berpendapat, kelompok masyarakat yang sangat kaya masih menjadi penyokong utama dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu melalui konsumsi rumah tangga mereka. Hal ini memperjelas bahwa orang yang sangat kaya ternyata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.

Kesenjangan ekonomi ini pulalah yang memancing lahirnya jiwa-jiwa pengeluh,sombong, dan acuh terhadap orang lain. Baik itu si kaya ataupun si miskin seolah saling acuh. Yang kaya merasa dirinya cukup sehingga terjangkitlah jiwa sombong dalam hati mereka, hal itu ditambah dingan sikap acuh tidak mau memberikan kemanfaatan kepada golongan yang membutuhkan, dia berpikir seolah harta yang ia punya adalah hasiil jerih payah sendiri, “Enak aja loe minta!”, begitu mungkin gumam dalam hati mereka.

Yang miskin juga tak jauh beda, merasa dirinya penuh kekurangan itulah dijadikan alasan untuk “mengeluh” pada Allah, mengeluh dan tiada hari tanpa mengeluh. Seolah lafadz “Alhamdulillah yaa Robb” itu teramat sulit untuk diucap. Lebih lanjut mereka akan mudah terpengaruh pikirannya untuk melakukan tindakan kriminal demi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka.

Kaya dan miskin bukan lah suatu kebetulan, keduanya bisa jadi adalah sebuah ujian dari Allah kepada kita. Ujian untuk mengetahui kualitas hati kita, apakah kita memasukkan diri kita sebagai golongan ahli syukur atau yang kufur nikmat. Sehingga apabila kita lulus ujian ini, berkah hidup akan kita dapatkan. Fiddunya wal akhirot. Insyaallah.

Dan saya kira pun semua orang akan sepakat untuk menolak yang namanya kemiskinan, karena sudah menjadi fitrah manusia menyukai sesuatu yang menyenangkan dan menentramkan. Namun sudah menjadi keputusan Allah bahwasanya keseimbangan di dunia ini memang ada. Jika ada yang miskin maka akan ada yang kaya, ada yang baik ntuk mengimbangi hadirnya yang buruk, ada yang menjadi atasan dan ada yang menjadi bawahan. Semua itulah rupa-rupa keseimbangan dunia. Karena jika dunia ini hanya dipenuhi kebahagiaan saja, itu namanya surga. Begitu pula dunia ini jika penuh kesusahan saja itu namanya neraka. Dan dunia kita ini bukan keduanya dan merupakan ada di anatara keduanya.

Khoirunnas yanfa’uhum linnas”, sebaik-baiknya manusia yaitu yang bermanfaat bagi sebagian mereka. Jadilah orang yang bermanfaat, sudah seharusnya yang kaya akan menjadi baik dan bermanfaat dengan kekayaannya yaitu jika mereka dapat memberikan manfaat atas kekayaan mereka kepada yang miskin. Begitu pula yang miskin, seharusnya tak perlu malu ataupun mengeluh dengan keadaannya. Jangan sampai kita merendahkan diri dengan menjadi seorang peminta-minta biarpun kita miskin secara ekonomi. Jadilah pribadi yang kaya hati walaupun secara keduniawian sangat kurang. Janganlah menjadi pribadi yang selalu mengeluh dengan keadaan ataupun menyombongkan diri karena sudah hidup berkecukupan.

Manusia ini diciptakan Allah sebagai makhluk sosial. Yaitu sebagai makhluk yang akan hidup bersama-sama dengan orang lain. Ibarat biarpun kita kaya harta namun kita tak punya saudara, tetangga maka kebahagiaan pun tak kan terasa. Sudah sepatutnya kita bersyukur dan mememlihara sifat persaudaraan ini bersama muslim yang lainnya.

Semoga sekelumit opini revolusioner ini mampu membangkitkan kepercayaan diri serta jiwa rendah hati rekan-rekan semua. Banggalah atas nikmat yang diberikan Allah, syukuri dengan menjaganya.

Jika mengeluh tidak masuk kategori solusi dari setiap masalah, maka sudah sepatutnya kita tak perlu menghadirkan tindak tanduk keluhan ini kapanpun dan dimanapun.

Terkadang kita baru bisa bersyukur setelah melihat penderitaan orang lain. Pada saat itulah kita sadar bahwa kita termasuk orang yang beruntung.

SalamRevolutioner!!!^^
===================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.
 
FOLLOW: @teguhleader
 
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!
 
*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun saya FB: Teguh Setyawan


PELAJARAN DARI DEBU


Blora Kotanya Sate, 2 Syawal 1433 H
20.48-21.34 WIB, di samping hembusan kipas angin.

Hampir setiap sudut rumah kita tak kan lepas dari yang namanya debu. Kotoran satu ini merupakan partikel ringan yang kerap menyita perhatian kita. Debu yang kecil ini ternyata jika terakumulasi menjadi satu mampu membuat risih mata kita dan membuat gatal hidung kita.

Ada sebuah pelajaran yang menarik dari debu ini. Yaitu bagaimana debu ini tampaknya selalu ada di sekitar kita meskipun kita membersihkan ruangan setiap hari. Entah itu ruangan yang memang kotor ataupun ruangan ber-AC sekalipun, tak luput dari yang namanya debu.

Dalam kehidupan nyata kita, debu ini ibarat “kotoran”. Kotoran yang selalu menghiasi relung-relung ‘nurani’ hati kita. Tampaknya sebuah keniscayaan jika hati manusia tak bisa bersih dari dosa, kesalahan. Sama laiknya debu, sebuah keniscayaan pula ruang atau benda tak kan luput dari “tempelan” si debu ini.
Kecuali jika memang kita menciptakan ruang yang hampa udara dan tertutup. Dapat dipastikan aman deh dari si debu. Dan lagi-lagi jika kita renungkan, kehidupan ini keadaannya bukanlah layaknya ruang hampa, bukanlah di dalam botol kedap udara. Kehidupan ini penuh dengan singgungan, kontak ‘komunikasi’. Jika kita mengkondisikan diri kita di “ruang hampa” maka kemungkinan tak akan kotor hati kita. Tak kotor memang namun kita juga tak kan hidup di kondisi seperti itu karena keadaan seperti itu impossible. Hehe

 Saudarakau yang dirahmati Allah,

Ruangan yang kotor, ruangan ber-AC itulah ibarat hati kita. Bagaimana kita menjaga ‘merawat’ hati kita, hati milik Allah ini yang nanti juga akan diminta-Nya kembali serta dimintai pertanggungjawaban. Coba antum renungkan, ruangan tertutup akan meminimalisir masuknya debu, apalagi ruangan ber-AC yang notabene memang harus terlindung rapat. Seperti itulah hati kita, hati kita tak ubahnya seperti ruangan yang harus dijaga kebersihan di dalamnya demi kenyamanan bekerja atau tinggal di dalamnya.

Tampaknya kita terlalu acuh dengan “debu-debu” hati kita. Kita tak pernah memasang pintu penutup untuk ruang hati, tak pernah membeli kusen jendela untuk sirkulasi ruangan, bahkan enggan memasang AC walaupun sebenarnya mampu. Hasil akhir semua tergantung usaha, ruangan yang bersih tentu nyaman dan disuka setiap orang, ruangan yang terjaga tentu akan menghadirkan rasa mantap bagi seseorang untuk menempati.

Kata leluhur saya (orang jawa), “Jer basuki mawa bea” artinya segala sesuati yang baik, bagus itu membutuhkan usaha besar atau biaya besar untuk mendapatkannya. Menjaga hati tak semudah membeli sepotong roti seribu rupiah, perlu tekad dan usaha yang kuat agar “ruang hati” kita dapat kita pasangi pintu, jendela, perlengkapan kebersihan bahkan AC. Perlu “pembiayaan” yang mahal untuk melengkapinya. Dengan berbagai macam kelangkapan tersebut harapan kita tentunya agar hati ini lebih terjaga dari kotoran.

Debu memang sebuah keniscayaan dalam kehidupan dunia ini. Kita tak dapat menghindarinya. Bahkan sosok sesempurna Rasulullah saja juga pernah dihinggapi debu (tentunya tidak separah kita, kalau kita mah debu yang tebal mungkin sudah menjadi kerak, hehe). Walaupun Allah selalu “menjual” bahan pembersih yang tiada batasnya serta menyediakan kelengkapan yang tiada batasnya, namun setidaknya kita harus menjaga ruangan titipan Allah ini dengan segala upaya untuk kenyamanan kita juga sebagai wujud terimakasih kepada Allah. Coba antum rasakan lagi, jika kita dipinjami sesuatu oleh orang lain kemudian kita jaga betul barang tersebut, subhanallah pasti deh si empunya bakal percaya dan sayang ma kite. :)

Selepas antum membaca note ane ini, coba sebelum tidur atau bahkan sekarang sejenak sebelum antum mengalihkan kursor, cobalah cek ke dalam ruang hati antum semua. Sudahkah bersih dan rapi ruangan hati antum? Kira-kira sudah komplit belum perlengkapan ruangan di dalamnya? Apakah baru punya pintu, sudah punya AC barangkali. Atau malah terbuka blak tanpa pelindung pintu dan jendela satu pun? Dan kita tampaknya pun acuh dengan dekilnya ruangan kita. Sudah berkerak penuh debu, berantakan lagi, parahnya gelap pula. Naudzubillah, Antum betah tuh tinggal di tempat seperti itu???^^

Allah telah menyediakan “pembersih” dan segala kelengkapan untuk menjaga dan menyamankan kita, SEMUANYA G.R.A.T.I.S. dan tergantung kita mau ndak memasang dengan susah payah, atau barangkali pasrah saja lah dengan keadaan yang ada toh juga kotor lagi. Begitukah?^^

Betah atau tidak, semua ada di akal kita sekarang. Beranjak dan bertekad membersihkan dan menjaga, atau membiarkan seperti gua kotor? Pertanggungjawaban ada di kita masing-masing selaku “peminjam ruangan”, terserah pemilik ruangan nanti mau “menghadiahi” apa atas tindakan ada sebagai orang yang dipinjami.

Siap membersihkan ruangan antum? Niat dan keinginan untuk belajar adalah awal tindakan yang baik!!!^^

Salam revolutioner!!!
====================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.
 
@teguhleader
 
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!
*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun saya FB: Teguh Setyawan


Silaturahim, Ajang Pamer Terselubung

Bumi Seso, 28 Ramadhan 1433 H

Lama tak jumpa, lama tak berbagi inspirasi lewat note. Tak nongol tak berarti tergerus oleh kenikmatan dunia hingga terlupa untuk berbagi. Kali ini, ada beberapa hal mengesankan di bulan ramadhan yang membuat hati saya tergerak kuat untuk berbagi kepada antum sekalian.

Ramadhan 1433 H kali ini adalah ramadhan pertama kali dalam hidup yang saya habiskan tidak banyak bersama keluarga (efek merantau..hehe), apa yang berkesan? Yang mengesankan adalah betapa mahalnya silaturahim bagi orang perantau. Melewatkan ramadhan bersama keluarga adalah kebhagiaan tersendiri bagi setiap umat muslim. Bahagia bersama ikut merasakan “berat”-nya menahan nafsu, nikmatnya bersama membatalkan puasa dengan hidangan sederhana yang dibumbui cinta. Namun bagi perantau yang jauh dari keluarga tak kan bisa menikmati kebahagiaan ini.

Namun semangat untuk berjumpa dengan keluarga sangat tak pernah pudar tampaknya. Mereka rela menggelontorkan kocek yang cukup tinggi demi tiket pulang ke kampung halaman, ataupun rela bercapek ria menempuh perjalanan jauh bersama keluarga kecil untuk bersua menyatu dengan keluarga besar dalam suasana bahagia lebaran.

Subhanallah, benar kata Rasulullah bahwasanya silaturahim itu akan memperpanjang umur. Karena jika kita renungkan, silaturahim akan menghadirkan kebahagiaan, mengurangi rasa acuh antaranggota keluarga sehingga hati pun akan terasa senang dan nyaman. Jika hati damai, tenang, nyaman maka pikiran tak tertekan sehingga akan berdampak pada psikologis dan ruhani kita.

alhamdulillah, semoga kita senantiasa diberi kesempatan Allah untuk meluaskan dan menjaga silaturahim. Aamiin.

Niatan silaturahim hendaknya tak tercampur dengan tindakan (entah itu disengaja ataupun tidak) yang tak sepatutnya dilakukan. Banyak pemandangan yang kita temui ajang silaturahim adalah kondisi yang dimanfaatkan untuk ajang unjuk kesuksesan diri. Yang kota unjuk kesuksesan hidup di kota, yang desa tak mau kalah memaksakan diri pula menunjukkan eksistensinya betapa hidup di desa pun juga “menyukseskan”. Hal ini tentu akan membuat keluarga yang “belum mampu” unjuk gigi menjadi minder. Minder yang berujung tidak mau berkumpul dengan keluarga yang lain.

Sudah tak sepatutnya sebagai muslim kita hidup dengan gaya seperti ini, mari kita berusaha dan saling mengingatkan untuk hidup sederhana dan peduli dengan sesama. Sebuah tindakan sederhana yang sarat kebaikan sebagai penyempurna amalan ibadah ramadhan kita. Alhamdulillah.

Mau panjang umur? Mau barokah? Jaga silaturahim.

Gag ada ruginya..banyak untungnya...

Salam Revolutioner
===================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.

@teguhleader

TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di website saya teguh-be-leader.blogspot.com

Sabtu, 16 Juni 2012

KARUNIA, NIKMAT ATAU UJIAN ?


Indonesia, 16 Juni 2012/ 26 Rojab 1433 H
17.42 WIB

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (TQS. AN-NAHL: 53)

Bismillah Arrohmaan Arrohiim…

Siapa orang yang tidak suka jika diberi karunia oleh Allah Ta’ala, apalagi jika nikmat itu begitu melimpah dan membuatnya mulia tiada sandingannya. Mari kita mengingat sejarah cerita tentang Nabiyullah Sulaiman AS yang mempunyai kerajaan yang tidak pernah dimiliki oleh siapapun setelahnya.

“ ‘Robbi, ampunilah aku dan anugerahkanlan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.’ Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.” (TQS. SHOD: 35-36)

Beliau pun menjadi raja diraja manusia, satu-satunya manusia yang dikaruniai Allah dengan pasukan, rakyat dari golongan manusia, jin, dan hewan. Bahkan angin pun ditundukkan Allah untuk beliau. Dalam riwayat Wahab bin Munabih Imam Al Qurthubi menyebutkan bahwasanya istana beliau seribu lantai tingginya dengan bagian bawah terbuat dari besi dan bagian atas terbuat dari kaca.

Namun yang menjadi teladan disini adalah kerendahan hati beliau Nabiyullah Sulaiman AS. Beliau menyadari posisinya sebagai seorang hamba dari Penciptanya, meskipun kita ketahui bersama bahwa siapa lagi yang memiliki kejayaan hal duniawi melebihi beliau? Beliau tidak merasa bangga diri dan lantas sombong ataupun lupa diri.

“Ini termasuk karunia Robbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).” (TQS. AN-NAML: 40)

 Maha Bijaksana Allah dengan segala Kehebatannya, selalu memberikan pelajaran kepada manusia melalui kehidupan-kehidupan yang lalu. Jikalau kita membaca betapa besar nikmat yang didapat oleh Nabiyullah Sulaiman AS, maka Allah juga menampilkan hambanya yang lain. Potret berlawanan, yaitu hamba yang diberi kekayaan melimpah namun justru bersikap sombong dengan karunia Allah tersebut. 

Kita mengenalnya bernama Qarun, dikisahkan dalam Quran:

“Qarun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.(TQS. AL-QOSHOSH: 78)

Lihat apa yang Qarun ucapkan dibandingkan ucapan beliau Nabi Sulaiman AS. Begitu sombongnya Qarun ini mengaku nikmatnya melimpah karena usahanya  sendiri tanpa campur tangan/ pemberian dari Allah SWT. Memang dalam cerita, hartanya Qarun ini luar biasa banyakna. Dikisahkan kunci gudangnya hanya bisa diangkut oleh 40 bighal (60 orang yang kuat-kuat). Namun kekayan Qarun masih jauh dibandingkan Nabi Sulaiman AS, sementara sikapnya justru begitu angkuh kepada Robbnya.

Saudaraku yang kucintai, namun keadaan sekarang tak jauh berbeda.Tampaknya “Qarun-Qarun” yang hidup di zaman sekarang justru lebih parah lagi. Bagaimana tidak, kekayaan mereka hanya “secuil kecil” dari kekayaan si Qarun, namun ucapan dan kesombongannya laksana Qarun, barangkali malah lebih parah lagi. “Harta ini saya peroleh karena jerih payah dan kerja keras saya sendiri.” Entah mereka sadari atau tidak, ucapan ini yang biasanya sering terlontar. Masyaallah…Perhatikan firman Allah berikut:

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (TQS. AN-NAHL: 53)

PERSEPSI YANG SALAH

Banyak orang menilai jabatan, kekuasaan, kekayaan maupun popularitas adalah indikasi kesuksesan. Padahal, hakikatnya pemberian itu baru sebatas ujian. Dan belum menampakkan, menunjukkan hasil. Sebuah ilustrasi misalnya antum/na adalah seorang pelajar yang disodori soal untuk dikerjakan. Penilaian apakah akan lulus atau gagal tergantung dari bagaimana antum/ na mengerjakan soalnya kan? Bukanlah seorang pelajar dapat diklaim telah sukses sementara belum terbukti bagaimana ia telah menjawab soal yang diujikan.

Kita tentu akan meng-iya kan bahwa hidup ini yang penuh corak dan warna menggiurkan mata adalah ujian. Senang susah, kaya miskin, menjadi pejabat atau rakyat, menjadi sosok terkenal atau terasing dari keramaian orang SEMUANYA adalah ujian ‘tantangan’ bagi kita di dunia. Dalam mindset yang tertanam pada manusia kebanyakan adalah sepakat bahwa seseorang dianggap  tengah menghadapi ujian saat ditimpa musibah ataupun kegagalan dalam meraih tujuan masing-masing. Namun, pernahkah kita untuk menyadari jika seseorang sedang dalam kucuran nikmat yang melimpah tiada henti itu juga ujian baginya? Barngkali kebanyakan dari kita tak membawa pikiran kita ke situ. Justru yang kita hadirkan adalah penyakit-penyakit hati seperti sombong, iri, ujub, dan dengki.  

Ujian kenikmatan memang enak bin melenakan. Tapi ini bukan berarti ringan bila dilihat dari hasil yang diinginkan. Banyak manusia yang lulus ujian kesabaran saat ditimpa kesusahan kesulitan, namun justru ia gagal saat diuji dengan kekayaan dan kemudahan urusan.

Abdurrahman bin Auf mengungkapkan, “Dahulu kami diuji bersama Rasulullah dengan kesengsaraan, maka kami (mampu) bersabar. Kemudian setelah Nabi Shollallahu alaihi wassalam meninggal kami diuji dengan kesenangan maka kami tak mampu bersabar.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi)

Jika kaum sehebat para sahabat saja “terlena” dengan ujian kesenangan. Bagaimana dengan antum? Bagaimana dengan saya? Kita yang masih begitu lemah saat ini oleh tekanan nafsu yang kian menggila dan menggurita di semua lini kehidupan kita.

Sahabatku semua, di saat “kran” dunia di buka lebar-lebar, manusia berlomba-lomba uuntuk memperebutkannya. Kita fokus mengejar dunia, lalu lupa kepada Robb-nya, Dzat yang telah menganugerahkan rizki kepada kita. Hal inilah yang sebenarnya sudah dikhawatirkan oleh beliau Rasulullah Muhammad SAW.

“Bukanlah kefakiran yang aku takutkan (terjadi) atas kalian. Tetapi aku khawatir akan dibuka lebar (pintu) dunia kepada kalian, seperti telah dibuka lebar kepada orang sebelum kalian. Lalu kalian akan saling berlomba untuk memperebutkannya sebagaimana mereka telah berlomba untuk memperebutkan. Hingga (kemewahan) dunia akan membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (HR Al Bukhari dan Muslim).

Lantas bagaimana cara menghadapi ini semua?

Respon ujian kenikmatan yang paling bijak dan tepat adalah dengan meneladani sikap seperti yang dilakukan oleh Beliau Nabiyullah Sulaiman alaihissalam.
Pertama, mengakui bahwa segala yang kita sandang adalah semata-mata karunia Allah. “Haadza min fadhli Robbi.”, ini adalah karunia dari Robbku.
Kedua, menganggap ini sebagai ujian, yakni dari sisi bagaimana seseorang mengelola karunia tersebut. “Liyabluwani an sykur an akfur”, untuk mengujiku apakah aku termasuk hamba yang bersyukur atau kufur.

Bismillah, sebagai penutup. Semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba yang bersyukur dan waspada. Yang menggunakan nikmat sesuai dengan kehendak Allah, aamiin.

BERDAYAKAN NIKMAT!!!^^

NIKMATI KESENANGAN, KESUSAHAN DENGAN HATI YANG TAWADHU’ ^^

SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH DI BULAN ROMADHON!!^^

“Ya Allah, tetapkanlah kebaikan-kebaikan dalam hidup kami karena sesungguhnya segala kebaikan hanya ada pada-Mu, dan lindungilah kami dari keburukan-keburukan karena sesungguhnya Engkaulah Pelindung Terbaik. Aamiin.
Syukron teruntuk Ustadz Abu Umar Abdillah atas inspirasinya yang revolusioner sekali tentang tema note saya kali ini.

Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan, berbagi  kepada yang lain jika bermanfaat.^^

@teguhleader
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!

*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun Facebook saya Teguh Setyawan (Al Kazim)


Sabtu, 12 Mei 2012

Komunikasi Beretika dan Berseni (serial "Komunikasikan Ide Anda", part 2-akhir)


Bismillah Arrohman arrohiim arrosyiid…
Medan Perjuangan, 13 Mei 2012

Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” [TQS AL QOSSHOSH(28): 87]

Beberapa hari lalu seri pertama note saya yang berjudul … telah ane upload, dan beberapa dari Antum barangkali sudah membaca dan memahaminya, dan barangkali pula sudah membaca namun tak paham-paham pulu maksudnya gimana, hehe. Namun setidaknya, Antum semua sudah membacanya daripada belum. Hehe ( bagi yang belum, silahkan buka website saya)
Dalam note  pertama kemarin tak jauh dan kurang memaparkan sedikit tentang betapa dahsyat potensi yang ada dalam diri tiap pemuda. Serta sangat perlunya pemuda zaman sekarang untuk segera  bangkit, bangun dan membentuk mental yang ksatria layaknya seorang samurai dengan mental bushido-nya.

Pada momen yang singat ini saya ingin melanjutkan apa yang terputus kemarin. Yaitu bagaimana mengkomunikasikan  ide kreatif kita, karena sebuah langkah yang cukup cerdas dan bijak bagi kita adalah dengan mengkomunikasikan pesan kebaikan dengan segala peran yang kita jalani sekarang. Apapun peran anda sekarang, sampaikan dengan ketulusan dan beretika. Energi positif yang kita tebarkan Insyaallah akan mampu membawa perubahan positif sedikit demi sedikit.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” [TQS IBROHIM(14): 24)

Nah, Allah saja telah membuat perumpamaan kalimat baik yang terucap ataupun tertulis dengan perumpamaan yang mulia yaitu bagai pohon baik yang cabangnya menjulang ke langit dengan akar yang kokoh. Seharusnya hal ini menjadi inspirasi dan renungan kita setiap akan melepaskan “anak panah” dari lisan kita, jangan sampai anak panah yang menyakitkan dan buruk yang lepas dari lisan kita.

Seberapa pentingnya kita perlu mengetahui etika berkomunikasi yang tepat?
 
Menurut saya, dengan mengetahui etika yang tepat kita akan mudah dalam megkomunikasikan ide-ide kita kepada publik atau orang lain. Karena banyak pemikiran yang sebenarnya mampu mengguncangkan dunia  namun karena tidak dikomunikasikan dengan baik, akhirnya hanya sebatas ide saja tanpa action, lihatlah Bung Karno dan rekan seperjuangan beliau lainnya, mereka adalah potret bagaimana mengkomunikasikan ide-ide dalam pikiran mereka. Inspiratif lagi yaitu bagaimana seorang Rasulullah Muhammad mampu mengkomunikasikan pesan-pesan Allah dengan begitu sangat indah dan sempurna  padahal seperti kita tahu beliau adalah sosok yang tidak bisa membaca dan menulis. Jika Rasulullah saja yang ummi mampu mengutarakan ide dengan penuh etika dan tepat sasaran, bagaimana dengan kita yang hidup di zaman sekarang  dandiberi nikmat dapat membaca dan menulis ? Jleb, Tentunya adalah renungan yan sangat menyentak hati kita.

Dalam sebuah seminar, seorang pembicara pernah menyampaikan bahwasanya angka buta huruf di Indonesia di tahun 1945-an mencapai kurang lebih 95%, dan angka ini alhamdulillah terus menurun menjadi 17% hingga tahun 2012 ini. Jika kita telisik, ternyata keterbatasan sumber daya manusia yang hebat akan membuat suatu bangsa terpuruk alias terbelakang, hal ini memang benar karena bangsa yang “terbelakang” tak berorientasi ke depan, tak punya impian dan yang pasti TAK MAMPU MENGKOMUNIKASIKAN IDE MEREKA DENGAN BERETIKA, sehingga kesemuanya hanya angan kosong dalam benak mereka dan akhirnya mudahlah diombang-ambing bangsa lain yang lebih berdaya.

Kenapa tidak mau menyampaikan pendapat?

Nah pertanyaan ini yang sering ada dalam benak saya ketika ada teman yang menyampaikan curhatan ataupun ide hebat dalam pikiran mereka. Ternyata ada fitrah dalam diri manusia yaitu rasa takut dan malu, namun tampaknya ada salah penyikapan terhadap dua fitrah ini, salah penyikapan dan penempatan. Sangat bagus jika rasa takut dan malu tersebut ”dipakai” saat akan melakukan perbuatan yang benar dan mulia, namun tak malu atau takut ketika melakukan perbuatan yang syubhat dan nyata salah serta munkarnya. Masyaallah.

Ada dua alasan penyebab kita sedikit berpendapat:
1.      Takut jelek, fitrah kita sebagai manusia adalah rasa ingin dihargai, dipuji dan eksis yang seringkali fitrah ini mengambuhkan penyakit riya’, ujub, dan hasud.
Apalagi sudah menjadi tabiat kita bangsa Indonesia jika ada yang bertindak salah pasti akan menjadi perbincangan dan bahan tertawaan, Hal ini semakin mengasah rasa takut jelek atas apa yang ada dalam pikiran dan hati kita.
2.      Takut salah, jika rasa takut jelek sudah terpatri dalam mindset kita, tentu rasa takut salah akan muncul pula dalam benak kita. Rasa takut salah juga akan muncul ketika kita tidak yakin dengan ide-ide kita.

Bagaimana membentuk mental berani berpendapat?

Sekali lagi pendidikan mental yang hebat akan datang dari kekuatan cinta, bukan pada kekuatan untuk memaksa. Mental berpendapat yang baik akan terbentuk jika kita mempunyai ruhiyah yang baik. Mengapa? Karena pemberi sekaligus pemilik kemuliaan adalah Allah, jadi sudah selayaknya kita meminta pada yang punya.

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.  Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” [TQS AL FATHIR(35): 10]

Membentuk ruhiyah dapat diawali dengan merutinkan amalan sunah setelah wajib. Solat malam adalah hal yang sangat efektif, kemuliaan untuk yang sering qiyamullail.Kemuliaan dari Allah akan “memberatkan” perkataan kita artinya Allah akan memberikan rahmat-Nya agar segala yang keluar dari lisan kita adalah perkataan yang mulia. Setelah ruhiyah adalah membentuk mental kepercayaan. Membentuk mental ini sangat gampang hanya perlu keberanian dan bumbu kerja keras sedikit. Yaitu kita harus berani menyampaikan suara, ide kita kepada publik baik itu lisan ataupun tulisan. Bagaimana jika ragu dengan kualitas ide kita, inilah perlunya kerja keras tadi. Kita harus banyak mencari wawasan dan ilmu untuk mendukung ide-ide kita. Dewasa ini kita sangat dimudahkan, tak perlu jauh ke perpustakaan ataupun membeli buku yang mahal, di berbagai situs dunia maya dapat kita temukan inspirasi yang begitu banyak dan rupa-rupa, tinggal kerja keras kita saja.

Setelah mental terbentuk yaitu mental ruhiyah dan kepercayaan, hal final adalah adalah ACTION. Segera implementasikan dalam setiap kesempatan sehari-hari. Tak ragu dan tak malu asal benar sampaikan saja Saudaraku!^^

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” [TQS AL ISROO’ (17): 53]
Hal Pelengkap

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan pendapat ataupun ide kita agar ide-ide tersebut tersampaikan dengan efektif dan tepat sasaran.
1.      Sampaikan sesuai situasi dan tempat yang tepat, hal ini memang perlu latihan. Kita perlu melatih diri kita agar lebih memahami keadaan yang tepat. Karena tidak dapat dipungkiri. Penyampaian pada momen yang tidak tepat tak akan mampu tepat sasaran.
2.      Sampaikan dengan etika dan indah berseni, sebagai orang timur tentu kita tahu etika apa yang mengiringi kita ketika berbicara. Dimulai dari etika pakaian, nada, gesture, dan tatapan mata. Semua harus dilandasi dengan etika dan tulus sehingga akan meningkatkan kualitas diri kita.
3.      Terkoordinir, artinya suara kita harus tersatukan dalam massa yang besar. Kebanyakan demonstrasi sekarang kurang efektif karena kurangnya pemfokusan massa, semua pihak berdemonstrasi dan terpecah belah. Hal ini sangat rawan tumbuh adu domba diantaranya.

Kalo kita jeli menelisik, dalam berbagai perlombaan cabang olahraga yang single kita bangsa Indonesia selalu juara, coba antum ingat bulutangkis kita juara hingga level dunia, catur, renang dan berbagai perlombaan lainnya. Namun bagaimana dengan sepakbola, basket, voli?hehe…tampaknya kita masih selalu tersisih di awal-awal babak penyisihan. Kenapa Saudaraku? Tampaknya memang kita tidak terbiasa untuk bekerjasama, kita tak terbiasa berbicara dalam perbedaan dan kita kurang terbuka sesama saudara kita sendiri.

Kita cenderung menutup diri dan semaunya sendiri. Apalagi jika sudah tak sepaham dan berseberangan pikiran dengan yang lain. Pasti yang terjadi adalah konflik, kalaupun tak konflik aka nada gap (jarak) antarkedua belah pihak.

“Berbeda adalah hal yang biasa, jangan tanggapi pemicu kemarahan. Perbedaan antara bertengkar dan berdebat hanya dalam niatnya.”

Masihkah Antum menutup diri wahai Saudaraku? Menutup diri dan menyukai perjuangan dalam kesendirian?
Hanya Antum sendiri yang mampu menjawab pertanyaan ini.

======*
Harapan saya dengan adanya note  yang ringkas ini dapat menjadi inspirasi bagi Saudaraku sekalian yang membaca, bahwasanya menyuarakan kebenaran itu adalah kewajiban. Namun ada yang perlu diingat, kita hidup ini penuh dengan aturan. Jadi sudah selayaknya pula KITA WAJIB memperhatikan etika dan seni dalam berbicara. Sungguh ironis ketika saya melihat ataupun mendengar bagaimana pemuda kita menyuarakan pendapat mereka tanpa penuh etika. Apalagi itu dilakukan oleh kaum pemuda akademisi dan disertai tindakan dzalim yang merusak. Sungguh itu mental yang belum terbentuk dan buruk. Mari kita biasakan berkata benar, bertanggungjawab dan beretika.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” [TQS AL AHZAB(33): 70]

Mau berbicara tentu juga mau mendengar, harmonisasi dalam hidup adalah salah satu seni dlam menjalani kehidupan di dunia ini. Harmonisasi kebaikan tentunya. Tak usah kita saling mengutamakan siapa yang benar, jika itu memang benar dan sesuai syariat/ aturan mari kita jalankan dengan kesadran yang tinggi, sesuai firman Allah:

“…yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” [TQS AZ ZUMAR(39): 18]

Demikian tadi sebagai kesimpulan.
Siapkah Anda untuk menyuarakan ide dan mimpi Anda sekarang???
Berlatihlah, berusahalah dan bertawakallah kepada Allah semata.

Ala bisa karena biasa.
Ala biasa karena sering melakukannya.
Sering melakukannya karena mau mengawalinya.

“Ready to change, set the goal, and go workout.”

TeguhRevolutioner corp. mengajak semua elemen untuk menebarkan energi positif yang beretika. Mari kita wujudkan masyarakat yang bermental positif.
SalamRevolusioner!
Semangat Akurat!^^
Karya ASLI saya, dapat Anda lihat di website saya http.//www.teguh-be-leader.blogspot.com