Selasa, 20 September 2011

Wajib Militer (WAMIL) Perlukah ?

Pondok Betung, Tangerang Selatan, 21 September 2011
(Sembilan hari menjelang peringatan hari Kesaktian Pancasila)

Selamat dalam waktu apapun anda membaca note saya ini Saudara-saudara!

Semoga Allah selalu menaungkan rahmat-Nya, dan mari kita berpeka hati “menjemput” pertolongan-Nya atas jawaban semua doa kita.

Beberapa hari ke depan saya akan menjalani ritual “Madabintal” (Magradika dan Pembinaan Mental) sebuah tradisi turun temurun untuk taruna di sekolah baru saya. Mohon doa dan restunya, semoga lancar dan kuat.hehe

Tak jauh terkait dengan Madabintal tersebut, saya jadi terkenang bagaimana Ayah saya lima belas tahun lalu awal SK CPNS-nya turun dan beliau harus menjalani Prajabatan ala “militer” yang dikenal WAMIL (Wajib Militer). Sebuah tradisi warisan pemerintahan Orba(orde baru) yang sekarang telah dihapus sejak “merdeka”-nya reformasi namun masih terpelihara di lingkungan pendidikan ketarunaan. Kala itu setiap pemuda usia 17-27 tahun mendapatkan pendidikan tentang ideologi Pancasila, kewiraan, pelatihan militer, dan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Beberapa negara lain masih menerapkan Wamil hingga saat ini, bahkan tak pandang bulu untuk kalangan artis sekalipun. Sebut saja daratan Korea dan Cina, yang terkadang sampai harus menguber-uber warga artis mereka agar mengikuti Wamil. Negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura pun masih menerapkan sistem ini kepada warga negaranya. 

Ada sebuah cerita (cerita wajib ada dalam note saya, hehe) menarik dari sebuah media yang saya baca yang akan menyinggung perasaan sadar kita. Suatu ketika dalam rangka kunjungan (seperti pertukaran pelajar) mahasiswa Korea Selatan ke Indonesia. Selain berinteraksi dengan mereka melalui diskusi, mereka sempat beradu otot dan otak dalam permainan ketangkasan. Bisa ditebak, mahasiswa Indonesia  kalah oleh mahasiswa-mahasiswa Korea Selatan yang badannya tegap dan sikapnya tegas itu. Ternyata, mereka baru saja menyelesaikan wajib militer di negaranya dan itu yang membuat tubuh mereka tegap dengan sikap yang tegas dan militan. 

Setali tiga uang dengan Singapura, pasti anda tak percaya kalau teman-teman Singapura mengenal Indonesia sedemikian dalamnya. Mereka tahu jumlah pulau di Indonesia yang sampai 17 ribu itu, mereka tahu SBY presiden RI yang keberapa. Mereka tahu sumber-sumber daya alam dan lokasinya di Indonesia. Mereka tahu luar dalam Indonesia, bahkan yang mengherankan mereka tahu jumlah dan jenis pesawat tempur kita. Mereka sangat-sangat sadar kondisi negaranya dan mengenal negara-negara tetangganya karena mereka terikat wajib militer sampai batas usia tertentu

Mendengar dan membaca cerita tersebut, timbul dua buah pemikiran dalam pikiran saya, “Perlukah Wamil untuk dilestarikan kembali? Seberapa besar peranan Wamil untuk kesatuan bangsa?”. Bagaimana menurut pandangan anda?

Saya punya beberapa analisis tersendiri  mengenai perlu tidaknya Wamil, setidaknya untuk menggugah hati Anda.  Pertama, bangsa kita tengah mengalami degradasi kualitas dan pelemahan. Dewasa ini, sering  kita disuguhi pemandangan konflik etnik, disintegrasi, bahkan perkelahian antardesa, antarsiswa. Sebuah cermin menurunnya  semangat persatuan dan nasinalisme dan menyuburkan jiwa primordialis (kesukuan).

Kedua, terbentuk jiwa yang disiplin dan kuat pada negara-negara yang menerapkan wamil. Seperti cerita saya diatas, kita dapat mengatakan bahwa disiplin dan rasa patriotisme yang tertanam kuat akan melahirkan etos kerja yang tinggi. Dengan etos kerja tinggi akan menaikkan daya saing sumber daya masyarakatnya. Sehingga akan terbentuk karakter yang maju dan tidak terbelakang. Terbentuk negara yang makmur dengan pertahanan dan keamanan yang kuat pula.

Ketiga, lemahnya ideologi Pancasila dalam bangsa dan tiada kesediaan berkorban para pemuda. Tidak ada lagi indoktrinasi ideologi bagi generasi muda yang tumbuh di era reformasi ini. Indoktrinasi hanyalah melalui mata kuliah/pelajaran Agama dan Kewarganegaraan. Kecuali mahasiswa dan generasi muda yang aktif di gerakan pemberdayaan masyarakat ataupun organisasi sosial. Bisa dibilang, generasi muda kita tidak lagi mengenal ideologi negara. Lihat saja kondisi kita yang mulai acuh dengan isu-isu politik dan pemerintahan tanah air. Sibuk dengan kongkow, clubbing, obrolan tak manfaat. Kita benar-benar sibuk dengan euforia masing-masing. Dalam kondisi seperti ini, terus terang saya jadi bertanya-tanya bisakah kita anak-anak muda  menang dalam persaingan dengan anak-anak muda dari negeri tetangga?

Tiga elaborasi tersebut hanya pendapat pribadi, tentu masih banyak pertanyaan ataupun pertentangan dalam diri saudara tentang wamil. Mungkin ada yang berpendapat, ada ketakutan kembali berkuasanya hegemoni militer kita. Mungkin ada yang berpendapat tak perlu karena kita sudah dalam kondisi “aman” tidak berperang. Mungkin lagi dalam benak anda, hal itu membuang banyak anggaran dan waktu.

Hegemoni militer tak perlu kita takutkan di zaman terbuka seperti ini, konsep Dwi Fungsi ABRI bisa dikatakan sedikit “melenceng” dari jalur. Mengapa saya katakan sedikit melenceng? Banyak pejabat militer yang ternyata memanfaatkan kedekatan mereka dengan penguasa untuk memperkaya diri dan mempertinggi kedudukan. Nah, ini mungkin yang perlu diubah. Megambil pemikiran dari Bung A. Riawan Amin. Beliau mempunyai konsep Dwi Fungsi Sipil, dimana pos jabatan militer dapat diisi pula oleh orang sipil sehingga dalam kemiliteran diisi oleh orang-orang dengan berbagai macam kompetensi.Hal ini tentu sangat bagus bukan, untuk menaikkan kualitas militer kita.

Kondisi kita aman? Dari Hongkong?hehe.  Kita memang aman tak ada perang ataupun gangguan dari negara lain. Namun kita harus peka pula bahwa kita juga mendapat ancaman Globalisasi. Ancaman yang tak pernah kita sadari bukan? Jika nilai luhur dalam agama dan Pancasila telah terlupakan dari hati kita, dapat dipastikan kita akan “tergerus” dan kalah dalam perang ideologi.

Menurut saya, anggaran yang besar jikalau sebanding dengan kemanfaatan bagi bangsa adalah lebih baik daripada digerogoti pejabat yang berkedok agenda kerja yang hasilnya tak bisa benar-benar dirasakan. 

Tujuan saya menuliskan tentang Wamil ini adalah untuk menggugah hati kita untuk selalu waspada dengan ideologi yang meruntuhkan kesatuan kita. Serta  menggugah jiwa kita untuk mempunyai etos kerja dan disiplin yang kuat. Munyuburkan jiwa yang peduli dengan keadaan yang buruk, peduli untuk mengadakan revolusi, revolusi diri terutama. Mungkin tak perlu pula kita lantas berkoar tak jelas menyuarakan nasinalisme dengan demonstrasi. Namun awalilah dari diri sendiri kemudian mengajak orang di sekitar anda.

 Me-copy perkataan Bung Osa Kurniawan Ilham, “Sejak dini mahasiswa harus sadar adanya atmosfer pertempuran dan persaingan ini. Mahasiswa harus sadar bahwa walaupun bekerja di negeri sendiri, saat kelak mereka kerja di industri perbankan, di perusahaan energi, di perusahaan telekomunikasi, di perusahaan engineering boleh jadi mereka hanya akan jadi bawahan dari pihak-pihak asing yang menjadi investornya. Mereka harus disadarkan bahwa walaupun perusahaan-perusahaan itu ada di Indonesia, dia sudah tidak lagi menjadi milik Indonesia. Dan mungkin kelak mereka harus bersaing dengan teman-teman mereka dari luar negeri, hanya untuk mendapatkan pekerjaan di negara sendiri. Saya memprediksi bahwa masa depan adalah masa yang semakin sulit bagi adik-adik mahasiswa kita sekarang. Dan dengan pendidikan intelijen (Wamil.red) ini, diharapkan terbentuk sikap militan yang pantang menyerah. Nggak usahlah boro-boro untuk membela negara, paling tidak itu berguna untuk bisa bertahan hidup dan untuk memenangkan persaingan di masa depan.”


MARI SALING MENGINGATKAN DAN MENGINSPIRASI
SEMOGA BERMANFAAT


SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^
 =========================================================================

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, HIDUP mengejar kesempurnaan, namun Allah menciptakan kita saling berbeda untuk saling MELENGKAPI, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar