Minggu, 31 Juli 2011

MENCARI SENYUM ALLAH DENGAN SODAQOH


“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (TQS. ALI IMRON:92)

Dikisahkan,  seorang sahabat Rasulullah SAW yang begitu kaya dan dermawan. Beliau pernah menyedekahakan SEPARUH HARTA yang dimilikinya, sebanyak 2000 dinar( ±3,6 milyar, dengan kurs 1 dinar 1,8 juta). Bahkan saat perang Tabuk, beliau malah menginfakkan SELURUH HARTA yang dimilikinya. Rasulullah bertanya, “Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu?” beliau menjawab, “Ya, mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan.” “Berapa?” Tanya Rasulullah, “Sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Subhanallah, beliau infakkan semua harta yang dimiliki dan tak meninggalkan apapun untuk keluarganya. Beliaulah yang kita sering dengar dengan nama Abdurrahman bin ’Auf.

Sahabat muslim/ah…

Dalam kehidupan nyata, banyak kita temukan saudara-saudara kita yang mengerem keinginan untuk memiliki ataupun menikmati sesuatu karena tahu diri sedang dalam kondisi “tak punya”.

Dimensi sosial yang lain, kita lihat dan rasakan pula orang-orang yang mendapat “jatah” yang kurang menyenangkan. Menjadi yatim, mengalami kegagalan, keputus asaan dan berbagi ketersudutan yang lain.

Untuk itu, sedikit ajakan untuk Anda yang sekarang dalam puncak prestasi, sukses, dan kehidupan yang lapang dan tenteram. 

MARI BERBAGI!!!^^

MARI PEDULI, MARI BERSEDEKAH!!!^^

Seringlah menengok “tetangga” kanan dan kiri kita. Adakah diantara mereka yang masih kedinginan karena pakaian yang compang camping dan angin yang mencoba “menerobos” masuk di lubang-lubang dinding bambu mereka? Masih adakah diantara mereka yang sudah tidak lagi “menyala” kompornya? Adakah di antara mereka yang sudah tidak lagi mencium hangatnya nasi? Kepayahan karena sakit? Dan tidak mendapatkan obat?

Tegakah diri kalian melihat dan mendengar keadaan-keadaan di atas yang masih banyak di sekitar kita???
Nyamankah tidur di kasur empuk, berdinding beton, ber-AC dan sederet fasilitas nyaman lainnya namun melihat saudara kita menderita dengan “tikar bumi”-nya (tanah)???

Enak ya? Makan semau kita membeli pakaian sesuka kita namun nurani tak pernah merasa peduli dengan sekitar dalam keterbatasan makan, berpakaian dengan baju yang tak pernah ganti bertahun-tahun???

Seolah kita merasa enggan untuk “melepas” harta dan nafkah dari dekapan kita, lupa diri bahwa pakaian kita pun nantinya hanya satu, rumah berdinding tanah dan tak berpintu, serta tak satu pun  harta yang akan kita bawa. Masihkah kita bersombong diri menutup hati, memangkas sifat peduli kita dan menyuburkan ketamakan kita pada dunia???

Dimulai ajakan kepada diri saya sendiri, mari kita mengajak mereka turut menikmati apa yang Allah berikan kepada kita. Belaian kita kepada mereka yang kesusahan akan menyelamatkan mereka dari perbuatan dosa. Percayalah, apa yang kita keluarkan untuk mereka ini kan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Hal inilah yang membuat Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf begitu bersemangat untuk membeli “tiket surga” dengan sedekah.

Mengutip pesan Bapak saya, Nompo kui penak Nang, tapi luwih becik lan prasojo yen iso weweh liyan (Menerima itu enak. Namun memberikan jauh lebih membahagiakan).” Marilah kita budayakan peduli dengan segala profesi kita sekarang dan nanti.

Yang jadi guru, mari bersedekah ilmu dengan ikhlas meskipun status “ngabdi”.

Yang jadi dokter, mbok yao ojo pelit nggratisi perikso kanggo sing ora mampu (jangan pelit untuk membantu yang tidak mampu dalam pemenuhan kesehatan)

Yang jadi tentara dan polisi, ayo menjadi pribadi yang jujur dan tak segan untuk mengabdi pada masyarakat tanpa perlu “diongkosi”

Yang jadi wakil rakyat, ayo janjine jangan lupa dan peduli dengan kondisi masyarakat tanpa perlu banyak omong.

Yang jadi pemimpin bidang apapun, bantulah yang tidak mampu untuk mendapat penghidupan yang layak dengan mencarikan kerja, mendidik, dan jujur.

Yang masih pelajar, peduli dan peka dengan sesama jangan lah keterbatasan dana yang dipunya menyurutkan niat untuk sedekah.Berdayakan kretifitas kita.

Dan profesi lain seterusnya, secara umum adalah yang sukses pedulilah pada yang sedang gagal. Yang mampu pedulilah pada yang tidak mampu, yang beriman pedulilah kepada yang lemah iman, SEMUA KITA TOLONG, SEMUA KITA PEDULIKAN

Seperti ungkapan saya,” TEMUKAN KEINDAHAN RASA SAAT MEMBANTU SESAMA, DAN TEMUKANLAH SENYUMAN ALLAH  KETIKA MELIHAT SESAMA TERSENYUM TERBANTU.”^^

Hidup adalah pilihan, terserah jika kita masih enggan dan”sayang” dengan harta duniawi kita, simpan saja terus dan cari terus sebanyak-banyaknya tanpa peduli yang lain bahkan Allah. Tapi jangan kaget di kubur dan akhirat nanti harta-harta kita itu akan membelenggu, memeluk kita  seperti sewaktu kita memeluknya di dunia. Namun dalam perwujudan yang berbeda, Lohh?? Maksudnya??  Harta kita akan membelenggu dalam wujud api yang membara!!!


HAYO PILIH MANA??^^

SIAP PEDULI?? SIAP BERSEDEKAH??APALAGI DI BULAN ROMADHON INI…^^

MARI KITA BUDAYAKAN PEDULI!!!! BERDAYAKAN HATI KITA!!!^^


Ya Allah Yang Maha Kaya, hamba sering terlena , asyik dengan nikmatnya dunia hingga melupakan Engkau dan hamba-hamba-Mu
Ampunilah hamba dan hidayahkanlah hati yang peduli dan penyayang kepada sesama dalam diri hamba Ya Rohman. Aamiin


Syukron to Ustadz tercinta, Yusuf Mansur. Atas inspirasi selalu dari beliau.

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang Saudara jumpai.^^

*artikel ASLI KARYA SAYA, semoga bermanfaat^^




Kamis, 28 Juli 2011

LIMA GOLONGAN PENTARHIB RAMADHAN

“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang diingatkan Allah dengan ayat-ayat-Nya, kemudian dia masih saja berpaling dari-Nya? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang durhaka. [ QS AS-SAJDAH(32):22 ]

Pogung Dalangan, Djogdjakarta, 25-27 Juli 2011
Oleh Teguh Setyawan

Tiga  hari menjelang bulan dari empat bulan yang dimuliakan Allah ta’ala, RAMADHAN. Insyaallah ramadhan kita 1432 H ini antar golongan umat islam tiada perbedaaan waktu dalam melaksanakannya, tidak seperti tahun-tahun yang lalu, semoga dengan keadaan yang rahmat begini dapat membuat kita khusyu’ melaksanakan shoum romadhon kita. Bagaimana kesiapan kita semua saudara-saudariku? Semeriahkah seperti penyambutan hari ulang tahun kita, ataupun hari-hari “spesial” kita masing-masing? Tentu tarhib (penyambutan) kita berbeda- beda kan?

Beberapa waktu lalu, dalam sebuah misi tertentu di “Kota Pelajar” saya mendapatkan sebuah pesan yang apik, dan nurani hati berpesan agar ikut disampaikan kepada semua. Tentang tipe atau golongan-golongan yang menyambut ramadhan nanti.

“Ada lima golongan orang yang menyambut ramadhan.”, kata ustadz saya. “Semuanya adalah buruk, kecuali satu . Dan seyogyanya kita berharap semoga kita golongan yang satu itu.”

GOLONGAN PERTAMA, adalah golongan CELAKA. Umat muslim golongan pertama ini sangat tidak berharap adanya ramadhan, bagi mereka ramadhan adalah “penghalang” segala rasa mereka selama sebulan. Mereka enggan untuk berpuasa, keengganan itupun ditunjukkan dengan terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi. Mereka sering bergumam ataupun berkata, “CELAKA, bulan puasa sudah datang, malas dan gag punya apa-apa nih buat puasa. Buat apa puasa, Allah tu ayak-ayak wae’ nyuruh berpuasa.” Begitulah, kata-kata “celaka” selalu keluar dari dua bibirnya. Kata murid ngaji saya sih golongan “ISLAM KTP” (hehe…).

GOLONGAN KEDUA, adalah golongan KURANG AJAR. Golongan ini “legowo” menerima ramadhan, bahkan ikut puasa pula dengan semangatnya, namun sayang “anget-anget tai ayam” adalah peribahasa yang tepat. Kaum ini begitu semangat di awal ramadhan, namun semakin lama “semangat 45”-nya tak segigih pahlawan kita. Dapat kita lihat, sepuluh hari pertama masjid dan mushola pasti berjejal tak kuasa menampung jamaah yang meledak jumlahnya. Namun naudzubillah jumlah tersebut semakin hari semakin mengalami “kemajuan” (kemajuan shof maksudnya, dari yang semula penuh, menyusut bahkan habis…:D ). Ini nih yang saya maksud KURANG AJAR.

GOLONGAN KETIGA, adalah golongan KETERLALUAN. Ini golongan “tampaknya” memang baik, namun niatan yang berbedalah yang membuatnya tak layak kita anut. Kata ustadz saya, “Jika kita mengenal golongan robbani yaitu golongan yang beribadah karena Allah, sedangkan ini adalah romadhoni, yaitu golongan yang beribadah hanya karena ini momen ramadhan.”. Contohnya, golongan ini waktu ramadhan begitu getolnya ngajiiiii…. Terus [kalo gag ramadhan, buka Quran aja kalo ada kajian dan pelajaran PAI(Pend.Agama Islam) doang..:D]. Subuh jamaahhh.. terus (padahal kalo gag romadhon “mlungker” bin kesiangan lho..:D). Trus, ni golongan begitu semangat mencari lailatul qodr, jadi tarawih dan itikaf semangat kalau di malam-malam ganjil terakhir, itupun dengan “pengamatan alam” dulu, kalo malam ganjilnya mendung tak banyak taburan bintang, dirinya enggan mengerjakan. Tarawih di awal ramadhan memang getol. Namun nyarinya adalah jamaah tarawih dengan ritme dan akumulasi rokaat yang “cuepet bin singkat”. Naudzubillah benar-benar KETERLALUAN.

GOLONGAN KEEMPAT, adalah golongan MERUGI. Golongan ini serupa dengan golongan keempat, melakukan amalan kebanyakan atas dasar riya’  dan maksud tertentu. Contohnya seperti ini, ikut tarawih kalau lagi bareng gurunya, ngajinya dibagus-bagusin kalo ada mertuanya lewat. Bahkan sering kita dengar yang cukup menggelikan adalah ikut tarawih kalau ada “jaminan”(makanan, di desa saya menyebut makanan untuk jamaah selepas tarawih dengan jaminan). Kalau tidak ada jaminan mereka berkata, “Wah, RUGI saya ikut tarawih gag dapet apa-apa.” Begitu pula ucapan mereka kala ibadah riya’ mereka tidak seperti harapan,” Wah, sialan. Wanita cantik itu gag ngeliat aku solat tadi, padahal udah kusengaja manjangin waktu lho. RUGI saya solat lama sampe pegel semua, teryata dia kagak ngerti, bodohnya...”. Golongan yang riya’ seperti ini sungguh RUGI. Mereka tidak mendapat pahala apapun dari Allah karena ia berniat  selain untuk Allah, sudah barang tentu ganjaran dosa mereka dapat. Naudzubillah.

GOLONGAN KELIMA, adalah golongan BERUNTUNG. Ini ni golongan yang tentu menjadi dambaan tiap umat islam. Tidak sulit kok menjadi golongan yang kelima, yang berat ya MENAHAN DIRI kita itu, menahan agar selalu di koridor yang hanif(lurus). Golongan ini men-tarhib  ramadhan dengan suka cita dan ditunggu-tunggu, rasanya seperti ketika kita akan bertemu kekaih kita yang tahunan gak ketemu :D. Tentunya kita akan berpenampilan bersih, rapi, cakep  dan meniatkan tulus sepenuh jiwa dan raga untuk menemuinya :D. Sama dengan golongan ini, mereka begitu suka cita menyiapkan hati dan jasmani untuk berlayar dalam lautan rohmah dan ibadah, ber-kholwat dengan Sang Pencipta sepenuh jiwa setulus hati.

Bagaiman dengan tarhib antum antunna?? Termasuk golongan manakah kita?? Kepengen masuk golongan manakah kita??

MARI BERPROSES MENJADI UMAT TIPE GOLONGAN LIMA.^^

SIAP???

Nah, itu tadi sedikit pencerahan dari Allah yang dirahmatkan kepada hamba-hamba Allah. Mari kita ber ma’ruf untuk saling berbagi, menasihati dan menginspirasi. BUDAYAKAN INSPIRASI!!^^

“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [QS AL-ASR(103):1-3]

Walaupun panjang yang saya ketikkan, namun semoga intisari dapat saudara-saudari terima dalam hati, semoga Allah Ar-Rosyid selalu membuka hati dan akal kita kepada kebaikan.^^

Menyambut ramadhan ini, maafkanlah diri saya yang masih banyak kurang, lemah dan hina ini. Mungkin banyak tindak dan tanduk saya yang lampau telah mengecewakan dan menyakiti.  Fitrohnya, salah dan kurang itu mutlak ada pada kita, namun Allah menghendaki kita berproses. BERPROSESLAH KE ARAH KEBAIKAN DAN KESEMPURNAAN!!!^^

Ya Robb, jadikan kami orang-orang yang mengimani Engkau, mempercayai Engkau dan bisa membumikan dalam sikap keseharian, bukan cuma pada kalimat artifisial belaka. Supaya kehidupan kami diliputi ampunan dan rahmat-Mu.aamiin



BERDAYAKAN!!!!^^
SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH DI BULAN ROMADHON!!^^

*Artikel ASLI dari saya, informasi berbagai sumber

Insyaallah selama bulan ramadhan, note-note inspirasi akan ana luncurkan dua kali seminggu, semoga ana istiqomah dan lillahi ta’ala. Semoga pula dapat menjadi bahan pula untuk mengisi kultum dan kajian saudara-saudara di bulan romadhon. Barokallahu fiikum^^.

*Syukron to Ustadz Saytori Abdurro’uf atas tausiyah dari beliau kepada saya, barokallah^^

Selasa, 19 Juli 2011

SEMUDAH MENCABUT POHON TOGE


“Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika mereka ditimpa malapetaka, dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” [QS Fushshilat(41) : 49]

Suatu siang yang terik selepas dhuhur jamaah ketika sedang bersua dengan ‘guru’ saya, sebuah pertanyaan dan jawaban yang menghenyakkan hati ini, “Nak, susahkah mencabut pohon toge?’’ cetus beliau. Aku bingung, memangnya toge itu pohon ya??? Sontak kujawab, “Sangat gampang banget, tinggal bethot (cabut) aja, ga repot pake piranti apapun.” Beliau melanjutkan, “Seperti itulah mudahnya kuasa Allah “meminta” kembali kesenangan, harta kita.”
Mungkin banyak yang belum tahu “pohon toge” tersebut, toge yang kita kenal dengan kecambah dari kacang hijau itu dianalogikan ‘guru’ saya sebagai pohon yang kecil dan jika kita cabut dari daun, batang dan akar pun tak ada yang tersisa. Bahkan terkadang tanah-tanah yang menempel ikut tercabut.
Sahabat muslim/ah, siklus kehidupan terkadang memosisikan kita berada “di atas angin”, tiada kesulitan yang mengusik damainya kehidupan. Dan tak jarang kondisi tersebut kerap membuat kita mengosongkan jiwa akan hadirnya Allah. Merasa tidak perlu Allah.

Dalam posisi yang “Pe-We” tersebut , kita akui kita dalam posisi yang menyenangkan, seakan berjalan tanpa ada pengawasan Allah, semua baik-baik saja tanpa keberadaan-Nya. Saking euphoria-nya sering kita bahkan lupa dan mengesampingkan kewajiban kita kepadan-Nya.

Kita juga melupakan bahwa kita juga mempunyai “tanggungan” orang-orang yang seharusnya kita ulurkan kasih sayang, pertolongan, bantuan dan kepedulian  karena sedang dalam “posisi” yang tidak seperti kita. Namun kita justru pertontonkan kemewahan, kenikmatan, kesuksesan yang kita dekap dalam kesendirian, seolah acuh. (Apa itu pribadi muslim?)

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, ia banyak berdoa.” [QS Fushshilat (41): 51]

Lupa diri!

 Inilah salah satu sifat dan sikap jelek kita. Akhirnya ketika kita mendapat “giliran” penderitaan, tersentuh kesulitan hidup dan permasalahan, barulah kita sadar. Sadar bahwa kita telah melupakan-Nya, melupakan dengan tidak beribadah kepada-Nya ataupun mengesampingkan dan menundanya, melupakan dengan berbuat zalim kepada-Nya, diri sendiri, dan orang lain. Melupakan untuk peduli kepada hamba-hamba-Nya yang membutuhkan. Walhasil, kita akan menangis dan mengiba agar rahmat-Nya kembali hadir.

“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya.  Dan sesungguhnya manusia itu sanagt bakhil karena cintanya pada harta.” [ QS Al  ‘Adiyat(100): 6-9]

Sobat Muslim, boleh jadi diantara kita sekalian sekarang ada yang dalam posisi mapan, sukses dan mempunyai kehidupan yang stabil. Dan sangat boleh jadi keadaan tersebut yang membuat kita lupa diri.
Kita perlu tahu dan harus sangat tahu bahwa kehidupan sangatlah mudah berubah dalam sekejap dan kejadian masa depan ada dalam genggaman-Nya, tentu kita akan berhati-hati dan lebih “peduli”. Karena semua itu mudah bagi Allah, “SEMUDAH MENCABUT POHON TOGE”.

Akhirnya, jika kenikmatan sedang berada dalam genggaman kita, mari selalu buka mata dan mata hati kita untuk selalu mengingat-ingat Dia dan mengingat hamba dan makhluk-Nya yang lain.

#artikel ASLI karya saya, inspirasi dari berbagi sumber
Mohon maaf bila ada kurang baiknya tindak dan tanduk dari penulis,

Salam amr ma’ruf!!^^
Hiduplah peduli!!
BERDAYAKAN!!^^

*syukron katsir to Ustadz Yusuf Mansur atas inspirasi “Amazing of Sedekah”-nya.


 
.


Selasa, 12 Juli 2011

MEMANDANG DARI SUDUT PANDANG YANG BENAR

Semoga anda bisa mengubah pandangan anda selama ini

Skenario 1
Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi. Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi kita untuk menggoyang-goyangka n kaki. Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.
Ada orang yang melihatnya, memungutnya dan langsung mengembalikannya kepada kita. “Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,” kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik kita. Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2
Sekarang kita beralih kepada skenario kedua. Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya. Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung
memberikannya kepada kita. Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari handphone kita hilang.
Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone kita sambil berkata, “Pak, handphone bapak barusan jatuh nih.” Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut?
Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut. Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itu kepada kita).
Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga. Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun dari kereta. Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya kepada kita. Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak memberikannya kepada kita) menjawab telepon kita. “Halo, selamat siang, Pak.
Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang,” kita mencoba bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan handphone itu kembali kepada kita.
Orang yang menemukan handphone kita berkata, “Oh, ini handphone bapak ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biar bapak ambil di sana nanti ya.”
Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun berikut dan menemui “orang baik” tersebut. Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang.
Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut?

Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan sepertinya akan lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone kita tersebut.

Skenario 4
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat.
Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun dari kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya kita tiba di rumah.
Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS :
“Bapak / Ibu yang budiman. Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak / ibu sekarang. Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak / ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya. Saya akan memberikan imbalan sepantasnya. ” SMS pun dikirim dan tidak ada balasan. Kita sudah putus asa.
Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam handphone kita..
Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya.. Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut.

Bagaimana kira-kira perasaan kita?
Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan oleh orang itu.
Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita. Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut?
Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario ketiga).

Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas? Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan ada orang yang menemukannya.
Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita.
Kita berikan dia ucapan terima kasih.

Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita turun dari kereta. Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar.

Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun
dari kereta… Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah.

Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu baru mengembalikannya kepada kita. Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini.
Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling baik? Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita, bukan?
Dia adalah orang pada skenario pertama.
Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara empat orang di atas.

Manakah orang yang paling tidak baik? Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita menunggu beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita tersebut selama itu.
Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling besar.

Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kita memberikan reward kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, kita berikan lebih sedikit.

OK, kenapa bisa begitu?


SILAHKAN ANDA JAWAB..:)

Minggu, 10 Juli 2011

SYNDROM KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan senantiasa berkaitan dengan komitmen, hubungan antar manusia, pengaruh dan kekuasaan. Pemimpin seringkali dijadikan figur idola oleh banyak orang. Mereka juga menjadi sorotan publik, dan meninggalkan dampak pada masyarakat atas kebijakan maupun tingkah lakunya.

Tetapi banyak pemimpin yang terserang Sindrom Hotepapopu. Hotepapopu adalah kependekan dari kata gila hormat, tepukan, panggung, popularitas dan power, serta pujian. Sindrom tersebut hanyalah istilah yang saya ciptakan sendiri, mengenai gejala penyakit mental yang menyerang pemimpin dan sudah saya teliti selama kurang lebih 20 tahun terhadap para pemimpin di industri direct selling (penjualan langsung), MLM, dan asuransi.

Sindrom tersebut dapat menyerang pemimpin di industri direct selling (penjualan langsung), MLM, dan asuransi. Mereka yang terserang sindrom hotepapopu umumnya adalah para pemimpin yang baru memasuki jajaran bergengsi pada sebuah perusahaan, misalnya posisi Crown Ambassador atau Agency Manager, atau bermacam istilah lainnya. Mereka juga telah menikmati bonus yang cukup besar.

Penghargaan yang luar biasa rupanya membawa efek yang menyebabkan para pemimpin lupa jati diri. Bonus dan penghargaan yang luar biasa mereka persepsikan penghargaan yang seharusnya mereka terima, karena telah sangat berjasa dan hebat. Mereka juga mempersepsikan diri terlalu tinggi dengan menganggap dirinya sebagai pahlawan paling berjasa, berpengaruh dan kuat karena telah menghasilkan banyak pemimpin baru, jaringan yang luas dan menciptakan omset besar.

Pemimpin yang terserang sindrom hotepapopu itu umumnya gagal melakukan sistem duplikasi kepemimpinan, karena mereka cenderung ingin mendominasi dalam situasi apapun terutama di atas panggung. Setelah menerima penghargaan dalam acara-acara perusahaan seperti BOP (Business Opportunity Preview), NDO (New Distributor Orientation), Recognition Rally, Yearly Anniversary Convention, dan lain sebagainya, mereka akan mencari tempat lain untuk berkumpul dengan kelompoknya agar kembali mendapatkan tepukan tangan. Bahkan ada pemimpin yang sengaja menguasai panggung sehingga pemimpin lain kehilangan kesempatan untuk berbicara.

Sekali lagi, sikap mereka itu karena teracuni persepsi atau penilaian yang terlalu tinggi terhadap diri mereka sendiri. Mereka tidak hanya bersikap angkuh dan gila hormat di lingkungan perusahaan tempat mereka bernaung, tetapi juga di luar lingkungan perusahaan. Misalnya mereka meminta fasilitas parkir khusus, jalur khusus (tanpa perlu antre), ruangan VVIP di kantor maupun acara-acara perusahaan, dibukakan pintu mobil dan dibawakan tas kerjanya oleh para mitra kerja, dan meminta segudang pelayanan paling istimewa lainnya. Jika berbicara di telepon selular pun mereka bersuara sangat keras, tidak akan segan-segan berkata kasar dan keras jika keinginan mereka tidak dapat dipenuhi, dan berperilaku tinggi hati lainnya.
 

Sistim penghargaan dalam bisnis MLM, direct selling atau asuransi yang menganggap pemimpin sebagai partner kerja juga mereka artikan keliru. Pikiran bawah sadar mereka tertanam pemahaman bahwa omset perusahaan adalah hasil kerja mereka, sehingga karyawan perusahan adalah karyawan mereka juga. Sehingga merekapun berlagak seperti bos perusahaan, dan karyawan selalu berada pada posisi salah ketika terjadi konflik dengan pemimpin tersebut.

Parahnya lagi, pemimpin yang terserang sindrom itu juga tak akan segan ‘menguasai' top management perusahaan yang lemah. Sebab mereka akan segera mengajukan keberatan jika kebijakan perusahaan tidak memihak kepada mereka. Sebaliknya, mereka akan berjuang keras agar ide mereka diterima perusahaan, dan segera membanggakannya kepada seluruh mitra kerja bahwa kebijakan perusahaan yang diterapkan itu adalah idenya.

Sindrom hotepapopu ini sangat berbahaya dan dapat menghancurkan hidup siapapun. Steven Berglas, seorang psikolog Harvard Medical School dan penulis buku The Success Syndrom mengatakan bahwa orang yang sangat sukses tetapi karakternya lemah cenderung mengalami stres yang dapat menghancurkan hidup mereka sendiri. Berglas menyebutkan mereka akan mengidap 4 penyakit mental (4A) yang mengerikan, yaitu Arrogance (kesombongan), Alones (kesepian), Adventure seeking (senang berpetualang dengan hal-hal yang negatif), dan Adultery (perzinahan).

Sindrom ini tak akan hilang begitu saja seiring waktu berjalan. Akan lebih baik jika kita segera introspeksi dan memperbaiki diri, sebelum sindrom hotepapopu menghancurkan hidup tanpa kita sadari sejak dini. Inilah beberapa hal yang perlu diupayakan agar kita tidak terjerembab ke dalam kubang kehancuran sindrom tersebut:

Pertama adalah menyadari sepenuhnya bahwa hubungan antara seorang pemimpin dan perusahaan adalah partner atau rekanan. Meskipun posisi sebagai rekanan dalam upaya merealisasikan visi dan misi perusahaan, tetapi tanggung jawab pemimpin dan perusahaan berbeda satu sama lain. Kedua belah pihak sama-sama memiliki peranan penting untuk mencapai kesuksesan, sehingga keduanya juga harus selalu dapat bekerja sama atau saling mendukung.

Kedua adalah seorang pemimpin haruslah berjiwa rendah hati, yang selalu siap memberikan pelayanan terbaik kepada para mitra kerja, mendukung dan memotivasi mereka agar bisnis mereka terus berkembang. "True leadership must be for the benefit of the followers, not the enrichment of the leaders. - Kepemimpinan yang sesungguhnya harus selalu memberi keuntungan kepada para anggotanya, bukan memperkaya pemimpinnya saja," ujar Robert Townsend, mantan CEO Avis Rent A Car. Jadi tanpa perlu diminta, pemimpin harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk membantu para mitra kerja hingga mereka sukses. Terlebih lagi (yang harus dipahami bahwa) kesuksesan mereka berasal dari usaha para mitra kerja di bawahnya.

Pemimpin merasa senang dan membantu mempersiapkan panggung yang besar sebagai tempat bagi para mitra kerjanya dihargai, diberi tepukan tangan dan dipuji adalah poin ketiga yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Dengan senang hati ia akan memberi kesempatan kepada para mitra kerja untuk mendapatkan penghargaan, dan mengerti kapan harus mundur dan memberi kesempatan kepada para mitra kerja di atas panggung.
 

Agar tidak terserang sindrom hotepapopu, ada baiknya untuk terus memupuk kepribadian menjadi lebih rendah hati.Ketika seseorang sudah mampu bersikap rendah hati, maka ia akan lebih siap melakukan perubahan besar dalam hidupnya. "Humility is the only true wisdom by which we prepare our minds for all the possible changes of life. - Kerendahan hati merupakan satu-satunya kebijaksanaan untuk mempersiapkan pikiran guna menciptakan kemungkinan-kemungkinan perubahan dalam hidup," kata George Arliss.

Menjadi pemimpin yang rendah hati memberi lebih banyak manfaat, di antaranya terbebas dari sikap berpura-pura, mendorong keterbukaan, dan meningkatkan rasa percaya diri sendiri dan orang-orang di sekelilingnya. Pemimpin yang rendah hati juga lebih mudah beradaptasi, menciptakan jaringan yang besar dan kokoh untuk jangka panjang, dan berhasil mencapai tujuan atau target yang lebih besar pula.

Pemimpin yang rendah hati itulah yang akan selalu menjadi idola dimanapun dan kapanpun. "We come nearest to the great when we are great in humility. - Kita akan menjadi orang hebat ketika kita mampu bersikap rendah hati," Rabindranath Tagore. Jika Anda ingin lebih sukses, hindari sindrom hotepapopu dan jadilah pemimpin yang rendah hati. 

TAKEN FROM : andriewongso.com

INSPIRASI DARI WARREN BUFFET

Bila Anda salah satu orang yang gemar bermain saham, pastilah mengenal satu nama yang sudah sangat terkenal di kalangan pialang saham dunia. Namanya bahkan dianggap legenda dan telah menjadi mahaguru di dunia saham. Yah, dialah Warren Buffet. Saking sudah melegenda, pria kelahiran Omaha, Nebraska Amerika ini dijuluki "Sage of Omaha" atau " Oracle of Omaha" alias seorang peramal dari Omaha. Pria yang sudah berusia 70 tahun lebih ini dianggap sebagai orang yang bisa memprediksikan saham apa saja yang naik, dan saham apa saja yang turun. Kapan harus mengambil, atau kapan harus menjual, semuanya seolah sudah ada dalam "pengetahuannya". Karena itu, apa yang dikatakan tentang dunia saham, akan selalu diikuti oleh banyak orang.

Tapi, tahukah Anda bahwa Warren Buffet selain dikenal sebagai investor dan pebisnis ulung, juga dikenal sebagai seorang filantrofis sejati? Seorang filantrofis adalah dermawan yang memberikan sebagian penghasilannya untuk kepentingan sosial. Dalam hal ini, Warren benar-benar menjadi seorang yang sangat peduli pada hal-hal yang berbau sosial. Tak tanggung-tanggung, ia mendermakan uang yang tercatat sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah, yakni senilai 30 miliar dolar Amerika, kepada Yayasan Bill and Melinda Gates. Ini setara dengan sekitar 80 persenan kekayaan yang dimilikinya saat ini. Dengan sumbangan sebesar itu, bisa dikatakan ia hanya mewariskan sedikit bagian kekayaannya pada ketiga anaknya kelak. Dalam hal ini, Warren mempunyai sebuah ungkapan bijak, "Saya memberikan bagian yang cukup kepada anak-anak saya sehingga mereka merasa bisa melakukan apa saja, namun saya tidak memberikan lebih sehingga mereka merasa tidak harus melakukan sesuatu (untuk mendapatkan yang diinginkannya)."

Inilah bentuk pendidikan kemandirian yang dicontohkan Warren pada kita semua. Yakni, jangan sampai memanjakan anak meski kita hidup berlebihan. Sebab, anak-anak pun sebenarnya punya tanggung jawab masing-masing untuk kehidupannya kelak. Dan, mungkin memang hal ini juga yang pernah ditekankan ayah Warren, Howard Buffet, yang juga seorang pialang saham. Karena itu, sejak usia belasan tahun, Warren yang dikenal sangat cerdas di bidang matematika, sudah mulai mencoba mandiri dengan bermain saham. Kala itu, ia membeli saham Cities Services seharga 38.25 dolar per saham. Dan, ia segera menjualnya saat saham itu naik menjadi 40 dolar. Sebuah keuntungan yang lumayan besar baginya saat itu. Tapi, ia kemudian merasa menyesal,  karena dalam setahun, saham itu sebenarnya mampu mencapai nilai 200 dolar. Maka, sejak saat itulah, ia mendapat pelajaran, bahwa bermain saham harus panjang jangka waktunya. Hal ini pulalah yang dipegang saat ia menjadi raja saham dan membeli Berkshire Hathaway, sebuah unit usaha yang kini telah berhasil dikembangkannya hingga punya anak usaha lebih dari 60 jenis usaha!

Meski kini diklaim sebagai orang terkaya ketiga dunia (Forbes 2007), Warren selalu menekankan pola hidup yang sederhana. Bahkan, sangat sederhana. Betapa tidak. Ia hidup bersahaja dengan hanya tinggal di rumah yang nilainya cuma 31 ribu dolar yang hanya memiliki tiga kamar tidur. Padahal, jika ia mau, dengan kekayaannya Warren bisa membeli beberapa istana sekaligus.

Tak hanya itu. Sampai kini ia pun masih sering menyetir sendiri mobilnya. Bahkan, ketika harus bepergian, ia tidak menggunakan pesawat jet pribadi layaknya konglomerat lain. Padahal, ia memiliki perusahaan rental pesawat jet pribadi sebagai salah satu unit bisnisnya. Selain menerapkan pola hidup sederhana, ia pun menerapkan manajemen yang sangat bersahaja untuk semua bisnisnya. Ia memberi kepercayaan penuh pada semua manajer perusahaannya. Ia hanya menulis sebuah surat setahun sekali ke CEO dari perusahaan-perusahaan tersebut. Isinya tentang tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Ia memberi dua perintah kepada CEO-nya. Peraturan pertama : Jangan sampai merugikan uang pemilik saham. Peraturan kedua: Jangan lupa peraturan nomor satu. Hasilnya? Tidak diragukan lagi. Seperti yang dilihat banyak orang, kekayaannya mencapai 52 miliar dolar lebih. Tapi, itu semua tak menyilaukannya. Ia justru asyik berderma dengan tanpa berusaha memamerkan kekayaannya.

Apa yang dilakukan Warren Buffet memang tak bisa diragukan lagi. Dirinya sudah menjadi legenda yang dihormati sebagai pengusaha bidang saham dan aneka bisnis lainnya. Namun, satu hal yang harus kita contoh, yaitu sikap sederhana dan kedermawanannya. Ia merasa, bahwa apa yang diraihnya akan lebih berguna jika disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Semangat dan keteladanan inilah yang patut kita contoh agar sukses yang kita raih benar-benar dapat memberi manfaat bukan hanya pada diri kita, namun juga bagi orang di sekitar kita.

TAKEN FROM: www.andriewongso.com/