Minggu, 31 Juli 2011

MENCARI SENYUM ALLAH DENGAN SODAQOH


“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai dan apa saja yang kamu nafkahkan. Maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (TQS. ALI IMRON:92)

Dikisahkan,  seorang sahabat Rasulullah SAW yang begitu kaya dan dermawan. Beliau pernah menyedekahakan SEPARUH HARTA yang dimilikinya, sebanyak 2000 dinar( ±3,6 milyar, dengan kurs 1 dinar 1,8 juta). Bahkan saat perang Tabuk, beliau malah menginfakkan SELURUH HARTA yang dimilikinya. Rasulullah bertanya, “Apakah kamu meninggalkan uang belanja untuk istrimu?” beliau menjawab, “Ya, mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik daripada yang saya sumbangkan.” “Berapa?” Tanya Rasulullah, “Sebanyak rezeki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Subhanallah, beliau infakkan semua harta yang dimiliki dan tak meninggalkan apapun untuk keluarganya. Beliaulah yang kita sering dengar dengan nama Abdurrahman bin ’Auf.

Sahabat muslim/ah…

Dalam kehidupan nyata, banyak kita temukan saudara-saudara kita yang mengerem keinginan untuk memiliki ataupun menikmati sesuatu karena tahu diri sedang dalam kondisi “tak punya”.

Dimensi sosial yang lain, kita lihat dan rasakan pula orang-orang yang mendapat “jatah” yang kurang menyenangkan. Menjadi yatim, mengalami kegagalan, keputus asaan dan berbagi ketersudutan yang lain.

Untuk itu, sedikit ajakan untuk Anda yang sekarang dalam puncak prestasi, sukses, dan kehidupan yang lapang dan tenteram. 

MARI BERBAGI!!!^^

MARI PEDULI, MARI BERSEDEKAH!!!^^

Seringlah menengok “tetangga” kanan dan kiri kita. Adakah diantara mereka yang masih kedinginan karena pakaian yang compang camping dan angin yang mencoba “menerobos” masuk di lubang-lubang dinding bambu mereka? Masih adakah diantara mereka yang sudah tidak lagi “menyala” kompornya? Adakah di antara mereka yang sudah tidak lagi mencium hangatnya nasi? Kepayahan karena sakit? Dan tidak mendapatkan obat?

Tegakah diri kalian melihat dan mendengar keadaan-keadaan di atas yang masih banyak di sekitar kita???
Nyamankah tidur di kasur empuk, berdinding beton, ber-AC dan sederet fasilitas nyaman lainnya namun melihat saudara kita menderita dengan “tikar bumi”-nya (tanah)???

Enak ya? Makan semau kita membeli pakaian sesuka kita namun nurani tak pernah merasa peduli dengan sekitar dalam keterbatasan makan, berpakaian dengan baju yang tak pernah ganti bertahun-tahun???

Seolah kita merasa enggan untuk “melepas” harta dan nafkah dari dekapan kita, lupa diri bahwa pakaian kita pun nantinya hanya satu, rumah berdinding tanah dan tak berpintu, serta tak satu pun  harta yang akan kita bawa. Masihkah kita bersombong diri menutup hati, memangkas sifat peduli kita dan menyuburkan ketamakan kita pada dunia???

Dimulai ajakan kepada diri saya sendiri, mari kita mengajak mereka turut menikmati apa yang Allah berikan kepada kita. Belaian kita kepada mereka yang kesusahan akan menyelamatkan mereka dari perbuatan dosa. Percayalah, apa yang kita keluarkan untuk mereka ini kan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Hal inilah yang membuat Sahabat Abdurrahman bin ‘Auf begitu bersemangat untuk membeli “tiket surga” dengan sedekah.

Mengutip pesan Bapak saya, Nompo kui penak Nang, tapi luwih becik lan prasojo yen iso weweh liyan (Menerima itu enak. Namun memberikan jauh lebih membahagiakan).” Marilah kita budayakan peduli dengan segala profesi kita sekarang dan nanti.

Yang jadi guru, mari bersedekah ilmu dengan ikhlas meskipun status “ngabdi”.

Yang jadi dokter, mbok yao ojo pelit nggratisi perikso kanggo sing ora mampu (jangan pelit untuk membantu yang tidak mampu dalam pemenuhan kesehatan)

Yang jadi tentara dan polisi, ayo menjadi pribadi yang jujur dan tak segan untuk mengabdi pada masyarakat tanpa perlu “diongkosi”

Yang jadi wakil rakyat, ayo janjine jangan lupa dan peduli dengan kondisi masyarakat tanpa perlu banyak omong.

Yang jadi pemimpin bidang apapun, bantulah yang tidak mampu untuk mendapat penghidupan yang layak dengan mencarikan kerja, mendidik, dan jujur.

Yang masih pelajar, peduli dan peka dengan sesama jangan lah keterbatasan dana yang dipunya menyurutkan niat untuk sedekah.Berdayakan kretifitas kita.

Dan profesi lain seterusnya, secara umum adalah yang sukses pedulilah pada yang sedang gagal. Yang mampu pedulilah pada yang tidak mampu, yang beriman pedulilah kepada yang lemah iman, SEMUA KITA TOLONG, SEMUA KITA PEDULIKAN

Seperti ungkapan saya,” TEMUKAN KEINDAHAN RASA SAAT MEMBANTU SESAMA, DAN TEMUKANLAH SENYUMAN ALLAH  KETIKA MELIHAT SESAMA TERSENYUM TERBANTU.”^^

Hidup adalah pilihan, terserah jika kita masih enggan dan”sayang” dengan harta duniawi kita, simpan saja terus dan cari terus sebanyak-banyaknya tanpa peduli yang lain bahkan Allah. Tapi jangan kaget di kubur dan akhirat nanti harta-harta kita itu akan membelenggu, memeluk kita  seperti sewaktu kita memeluknya di dunia. Namun dalam perwujudan yang berbeda, Lohh?? Maksudnya??  Harta kita akan membelenggu dalam wujud api yang membara!!!


HAYO PILIH MANA??^^

SIAP PEDULI?? SIAP BERSEDEKAH??APALAGI DI BULAN ROMADHON INI…^^

MARI KITA BUDAYAKAN PEDULI!!!! BERDAYAKAN HATI KITA!!!^^


Ya Allah Yang Maha Kaya, hamba sering terlena , asyik dengan nikmatnya dunia hingga melupakan Engkau dan hamba-hamba-Mu
Ampunilah hamba dan hidayahkanlah hati yang peduli dan penyayang kepada sesama dalam diri hamba Ya Rohman. Aamiin


Syukron to Ustadz tercinta, Yusuf Mansur. Atas inspirasi selalu dari beliau.

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang Saudara jumpai.^^

*artikel ASLI KARYA SAYA, semoga bermanfaat^^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar