Selasa, 20 September 2011

Wajib Militer (WAMIL) Perlukah ?

Pondok Betung, Tangerang Selatan, 21 September 2011
(Sembilan hari menjelang peringatan hari Kesaktian Pancasila)

Selamat dalam waktu apapun anda membaca note saya ini Saudara-saudara!

Semoga Allah selalu menaungkan rahmat-Nya, dan mari kita berpeka hati “menjemput” pertolongan-Nya atas jawaban semua doa kita.

Beberapa hari ke depan saya akan menjalani ritual “Madabintal” (Magradika dan Pembinaan Mental) sebuah tradisi turun temurun untuk taruna di sekolah baru saya. Mohon doa dan restunya, semoga lancar dan kuat.hehe

Tak jauh terkait dengan Madabintal tersebut, saya jadi terkenang bagaimana Ayah saya lima belas tahun lalu awal SK CPNS-nya turun dan beliau harus menjalani Prajabatan ala “militer” yang dikenal WAMIL (Wajib Militer). Sebuah tradisi warisan pemerintahan Orba(orde baru) yang sekarang telah dihapus sejak “merdeka”-nya reformasi namun masih terpelihara di lingkungan pendidikan ketarunaan. Kala itu setiap pemuda usia 17-27 tahun mendapatkan pendidikan tentang ideologi Pancasila, kewiraan, pelatihan militer, dan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Beberapa negara lain masih menerapkan Wamil hingga saat ini, bahkan tak pandang bulu untuk kalangan artis sekalipun. Sebut saja daratan Korea dan Cina, yang terkadang sampai harus menguber-uber warga artis mereka agar mengikuti Wamil. Negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura pun masih menerapkan sistem ini kepada warga negaranya. 

Ada sebuah cerita (cerita wajib ada dalam note saya, hehe) menarik dari sebuah media yang saya baca yang akan menyinggung perasaan sadar kita. Suatu ketika dalam rangka kunjungan (seperti pertukaran pelajar) mahasiswa Korea Selatan ke Indonesia. Selain berinteraksi dengan mereka melalui diskusi, mereka sempat beradu otot dan otak dalam permainan ketangkasan. Bisa ditebak, mahasiswa Indonesia  kalah oleh mahasiswa-mahasiswa Korea Selatan yang badannya tegap dan sikapnya tegas itu. Ternyata, mereka baru saja menyelesaikan wajib militer di negaranya dan itu yang membuat tubuh mereka tegap dengan sikap yang tegas dan militan. 

Setali tiga uang dengan Singapura, pasti anda tak percaya kalau teman-teman Singapura mengenal Indonesia sedemikian dalamnya. Mereka tahu jumlah pulau di Indonesia yang sampai 17 ribu itu, mereka tahu SBY presiden RI yang keberapa. Mereka tahu sumber-sumber daya alam dan lokasinya di Indonesia. Mereka tahu luar dalam Indonesia, bahkan yang mengherankan mereka tahu jumlah dan jenis pesawat tempur kita. Mereka sangat-sangat sadar kondisi negaranya dan mengenal negara-negara tetangganya karena mereka terikat wajib militer sampai batas usia tertentu

Mendengar dan membaca cerita tersebut, timbul dua buah pemikiran dalam pikiran saya, “Perlukah Wamil untuk dilestarikan kembali? Seberapa besar peranan Wamil untuk kesatuan bangsa?”. Bagaimana menurut pandangan anda?

Saya punya beberapa analisis tersendiri  mengenai perlu tidaknya Wamil, setidaknya untuk menggugah hati Anda.  Pertama, bangsa kita tengah mengalami degradasi kualitas dan pelemahan. Dewasa ini, sering  kita disuguhi pemandangan konflik etnik, disintegrasi, bahkan perkelahian antardesa, antarsiswa. Sebuah cermin menurunnya  semangat persatuan dan nasinalisme dan menyuburkan jiwa primordialis (kesukuan).

Kedua, terbentuk jiwa yang disiplin dan kuat pada negara-negara yang menerapkan wamil. Seperti cerita saya diatas, kita dapat mengatakan bahwa disiplin dan rasa patriotisme yang tertanam kuat akan melahirkan etos kerja yang tinggi. Dengan etos kerja tinggi akan menaikkan daya saing sumber daya masyarakatnya. Sehingga akan terbentuk karakter yang maju dan tidak terbelakang. Terbentuk negara yang makmur dengan pertahanan dan keamanan yang kuat pula.

Ketiga, lemahnya ideologi Pancasila dalam bangsa dan tiada kesediaan berkorban para pemuda. Tidak ada lagi indoktrinasi ideologi bagi generasi muda yang tumbuh di era reformasi ini. Indoktrinasi hanyalah melalui mata kuliah/pelajaran Agama dan Kewarganegaraan. Kecuali mahasiswa dan generasi muda yang aktif di gerakan pemberdayaan masyarakat ataupun organisasi sosial. Bisa dibilang, generasi muda kita tidak lagi mengenal ideologi negara. Lihat saja kondisi kita yang mulai acuh dengan isu-isu politik dan pemerintahan tanah air. Sibuk dengan kongkow, clubbing, obrolan tak manfaat. Kita benar-benar sibuk dengan euforia masing-masing. Dalam kondisi seperti ini, terus terang saya jadi bertanya-tanya bisakah kita anak-anak muda  menang dalam persaingan dengan anak-anak muda dari negeri tetangga?

Tiga elaborasi tersebut hanya pendapat pribadi, tentu masih banyak pertanyaan ataupun pertentangan dalam diri saudara tentang wamil. Mungkin ada yang berpendapat, ada ketakutan kembali berkuasanya hegemoni militer kita. Mungkin ada yang berpendapat tak perlu karena kita sudah dalam kondisi “aman” tidak berperang. Mungkin lagi dalam benak anda, hal itu membuang banyak anggaran dan waktu.

Hegemoni militer tak perlu kita takutkan di zaman terbuka seperti ini, konsep Dwi Fungsi ABRI bisa dikatakan sedikit “melenceng” dari jalur. Mengapa saya katakan sedikit melenceng? Banyak pejabat militer yang ternyata memanfaatkan kedekatan mereka dengan penguasa untuk memperkaya diri dan mempertinggi kedudukan. Nah, ini mungkin yang perlu diubah. Megambil pemikiran dari Bung A. Riawan Amin. Beliau mempunyai konsep Dwi Fungsi Sipil, dimana pos jabatan militer dapat diisi pula oleh orang sipil sehingga dalam kemiliteran diisi oleh orang-orang dengan berbagai macam kompetensi.Hal ini tentu sangat bagus bukan, untuk menaikkan kualitas militer kita.

Kondisi kita aman? Dari Hongkong?hehe.  Kita memang aman tak ada perang ataupun gangguan dari negara lain. Namun kita harus peka pula bahwa kita juga mendapat ancaman Globalisasi. Ancaman yang tak pernah kita sadari bukan? Jika nilai luhur dalam agama dan Pancasila telah terlupakan dari hati kita, dapat dipastikan kita akan “tergerus” dan kalah dalam perang ideologi.

Menurut saya, anggaran yang besar jikalau sebanding dengan kemanfaatan bagi bangsa adalah lebih baik daripada digerogoti pejabat yang berkedok agenda kerja yang hasilnya tak bisa benar-benar dirasakan. 

Tujuan saya menuliskan tentang Wamil ini adalah untuk menggugah hati kita untuk selalu waspada dengan ideologi yang meruntuhkan kesatuan kita. Serta  menggugah jiwa kita untuk mempunyai etos kerja dan disiplin yang kuat. Munyuburkan jiwa yang peduli dengan keadaan yang buruk, peduli untuk mengadakan revolusi, revolusi diri terutama. Mungkin tak perlu pula kita lantas berkoar tak jelas menyuarakan nasinalisme dengan demonstrasi. Namun awalilah dari diri sendiri kemudian mengajak orang di sekitar anda.

 Me-copy perkataan Bung Osa Kurniawan Ilham, “Sejak dini mahasiswa harus sadar adanya atmosfer pertempuran dan persaingan ini. Mahasiswa harus sadar bahwa walaupun bekerja di negeri sendiri, saat kelak mereka kerja di industri perbankan, di perusahaan energi, di perusahaan telekomunikasi, di perusahaan engineering boleh jadi mereka hanya akan jadi bawahan dari pihak-pihak asing yang menjadi investornya. Mereka harus disadarkan bahwa walaupun perusahaan-perusahaan itu ada di Indonesia, dia sudah tidak lagi menjadi milik Indonesia. Dan mungkin kelak mereka harus bersaing dengan teman-teman mereka dari luar negeri, hanya untuk mendapatkan pekerjaan di negara sendiri. Saya memprediksi bahwa masa depan adalah masa yang semakin sulit bagi adik-adik mahasiswa kita sekarang. Dan dengan pendidikan intelijen (Wamil.red) ini, diharapkan terbentuk sikap militan yang pantang menyerah. Nggak usahlah boro-boro untuk membela negara, paling tidak itu berguna untuk bisa bertahan hidup dan untuk memenangkan persaingan di masa depan.”


MARI SALING MENGINGATKAN DAN MENGINSPIRASI
SEMOGA BERMANFAAT


SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^
 =========================================================================

Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, HIDUP mengejar kesempurnaan, namun Allah menciptakan kita saling berbeda untuk saling MELENGKAPI, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.

Kamis, 15 September 2011

BELUM KORUPSI, BELUM ADA KESEMPATAN?

Kalimongso, Tangerang Selatan, Banten
15 September 2011

Salam hidup untuk sejahtera saudara semua,

Kali ini sedikit saya akan sharing tentang kondisi sosial, namun tak kan jauh dari SOP saya yang akan menuangkan juga kisah inspiratif di dalamnya. Kondisi apa yang akan kita bahas? Tentang hal klasik, corruptio (korupsi:latin).

Beberapa waktu lalu saya mendapat sebuah bacaan bagus yang mengilhami saya untuk menuliskan note ini. Membaca artikel opini oleh Arief Kurniawan dari koran Jawa Pos, di situ dituliskan sebuah kisah lucu dan menggelitik namun memang apa adanya, saya akan mencoba menuliskan kembali dengan bahasa saya.

Pada suatu waktu sebuah Departemen X suatu negara ingin menambah bangunan untuk kantornya. Ada tiga kontraktor yang mendaftar untuk memenangi tender yang ditawarkan. Kontraktor dari negara Jepang mampu membangun dengan biaya 25 ribu dolar, negara Amerika Serikat mampu dengan biaya 50 ribu dolar, sedangkan kontraktor Indonesia dengan biaya 75 ribu dolar. Sang pemilik perusahaan pun bertanya kepada kontraktor Indonesia karena penasaran dan seolah tidak percaya. “Bagaimana Anda bisa memasang tender sebegitu mahalnya melebihi bea Jepang, apa pekerjaan Anda mampu mengalahkan kualitas Jepang?” ,tanya Kepala Departemen. Jawab Kontraktor Indonesia, “Tenang Pak, biaya 75 ribu dolar ini saya bagi kok. 25 ribu untuk saya, 25 ribu untuk Bapak, dan 25 ribu kita serahkan saja pada si kontraktor Jepang untuk menggarap proyek ini, bagimana???”

What??? Menggelikan memang, namun itu mungkin cukup menggambarkan bagaimana “kotor”nya multisistem di negara kita. Bagaimana bisa? Sebelum jauh kami memaparkan penyebab korupsi, sedikit membuka ingatan tentang definisi korupsi itu sendiri. Definisi Korupsi adalah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).perilaku pejabat publik (pejabat pemerintahan), yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat.

Perbuatan korupsi memang berbeda dengan pencurian biasa/maling, perbuatan ini yang notabene dilakukan oleh oknum pejabat publik cenderung memiliki dampak yang luas ,yang menyangkut suatu sistem pemerintahan dimana dia berada, dan bahkan bisa membuat kehancuran suatu negara, ini yang membedakan dengan prilaku kriminal biasa di level masyarakat umum yang efeknya sebatas lingkup per-individu dan tidak mempengaruhi sistem pemerintahan. Memprihatinkan saat membaca bahwa Indonesia menempati ranking 3 besar dunia untuk kasus korupsi ini.

Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat, yang pertama greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi. Kedua, opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang (kesempatan) terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi pun menganga lebar. Ketiga, need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Keempat, exposes berkaitan dengan hukuman (penalty) pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim.

Ada dua buah hal yang menarik perhatian saya dari teori Jack Bologne di atas. Pertama, tentang hukuman yang tak sebanding, bayangkan saja oknum yang korupsi sepuluh milyar hanya divonis sekitar empat tahun. Jika ia bersikap baik di prodeo, dia akan mendapatkan remisi-remisi, dan asumsi tidak sampai tiga tahun sudah dapat melenggang bebas. Uang sepuluh milyar pun belum habis dan dapat menjadi modal ia hidup selanjutnya. Renungkan, betapa enaknya korupsi bukan???hehe

Kedua, tentang sistem yang membuka lebar pintu kesempatan tindak korupsi. Kata “Bang Napi”, “Kejahatan timbul karena adanya kesempatan.” Mari kita ingat-ingat sederet kasus korupsi yang menyeret kaum muda. Kaum yang mungkin dulu zaman ’98 getol-getolnya menyorakkan “Anti Korupsi!!! Bunuh Koruptor!!!”, sekarang banyak dari mereka terjebak di lubang korupsi pula, setidaknya itu yang tertangkap penyidik. Ribuan oknum lain yang dulu menghidupkan jiwa “Anti Korupsi”-nya, dan sekarang masih melenggang bebas belum ketahuan pun pasti lebih banyak. Pertanyaannya, “Jangan-jangan yang berkoar-koar anti korupsi di luar sana karena memang belum mendapatkan kesempatan ya??”, hehe hanya diri kita sendiri yang mampu menjawab. Termasuk Anti Korupsi sejati-kah kita? Atau hanya abal-abal karena tak punya kesempatan????

MARI SALING MENGINGATKAN
SEMOGA BERMANFAAT
SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^


Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber 
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.



SELALU NIKMAT DAN LEZAT BERIBADAH

“Ahli ibadah pada awalnya merasakan lelahnya menanggung beban dan kesulitan beramal, karena hatinya belum merasakan kedekatan kepada sesembahannya(Allah).”(Ibnu Al Qayyim)

Semangat setiap waktu!!!^^
Semangat me-Revolusi hidup!!!^^

Seso, Jepon, Blora. Arba’a, 7 Syawal 1432 H

Masih suasana syawal, kalau di tempat saya tanggal 7 syawal begini baru dapat menikmati makanan “sakral”, makan ketupat dan lepet. Kalau dalam suatu buku kejawen yang pernah saya baca ketupat yang berbentuk bangun “limas alas ketupat” itu sebagai perlambang wanita, sedangkan lepet yang berbentuk lonjong berbungkus daun kelapa adalah perlambang pria, sebuah keseimbangan dalam hidup, pria dan wanita.

Kupat, kleru lan lepat (salah dan kesalahan). Lepet, lewatno cepet (lewatkan dengan  cepat). Artinya dalam suasana “lebaran” dimana kita harus melebarkan maaf harus segera mempercepat “melepaskan” segala kesalahan tindak dan tanduk kita kepada Tuhan dan sesama mumpung di bulan penuh ampunan (kira-kira begitulah filosofisnya lebaran bagi orang jawa).hehe

Masih terbawa juga dengan suasana syawal, tema saya kali ini bukanlah perenungan hidup. Namun terlebih bersifat pengingat dan tips. Tema kali ini adalah tentang bagaimana kita selalu dapat menikmati ibadah dengan “lezat”, Biasanya kita begitu bersemangat beribadah pada momen “spesial” saja, semoga ini juga dapat selalu memotivasi dan menginspirasi kita untuk menjaga keistiqomahan. Semoga bermanfaat.

Beberapa dekade minggu yang lalu saya membaca majalah yang kebetulan bertema sama dengan saya, semoga sumber tersebut mampu melengkapi apa yang dapat saya tuangkan nanti.

Banyak insan yang telah merasakan nikmatnya ibadah seperti beliau Rasulullah Muhammad dan para salaf shalih terdahulu. Kehidupan mereka pun terasa bermakna. Dalam sebuah kisah pernah saya baca, bagaimana nikmatnya Rasul dalam melaksanakan Tahajjud, rokaat pertama dilalui dengan surat Al Baqoroh , tak hanya itu bahkan berlanjut hingga Ali Imron sampai selesai (dapat kita bayangkan waktunya berapa jam itu kalau kita yang baca, hehe). Belum lagi Umar ra, yang menangis terus dalam solatnya hingga pipi beliau meninggalkan gurat hitam bekas air mata. Bagaimana dengan kita???

Meraih keistiqomahan dan kelezatan beribadah bukanlah hal yang mudah, butuh usaha dan pengorbanan untuk menggapainya. Pertama, LURUSKAN AQIDAH DAN MENGENAL ALLAH. Meluruskan Aqidah adalah penting karena akan membantu memantapkan kita dalam beribadah, makna ibadah kan bersyukur dan tunduk kepada Allah, jika kita tak mantap apalagi tak mengenal Allah lebih dekat, bagaimana kita dapat khusyu’ dalam beribadah???
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk.” [TQS AL-BAQOROH(2): 137]

Kedua, BERSUNGGUH HATI DAN BERTAHAP. Saya masih teringat bagaimana awalnya saya harus memaksakan diri untuk subuh jamaah, ketika itu kelas tiga SMP begitu berat dan malas. Banyak dari kita memang harus “memaksa” diri untuk mengamalkan suatu ibadah. Sampai mungkin harus digebukin dulu agar mau solat. Sekedar tips, dengan mencari dan mendalami keutamaan sebuah amalan melalui buku dan kitab sangat memotivasi kita untuk melakukan amalan tersebut, sekedar contoh yang saya alami adalah betapa besar semangat saya untuk dhuha dan tahajud. Bahkan jika sudah menjiwai suatu amalan kita akan merasa ada yang “hilang” jika tak mengerjakannya, serasa menjadi ibadah wajib. Yang penting adalah bagaimana anda dapat bertahap semampu kita. Mungkin di awal hanya dua rokaat, namun dengan kontinyu kita tambah seiring manfaat yang kita rasakan dalam hidup.

Ketiga, GIATKAN AMALAN-AMALAN SUNNAH. Cobalah untuk membiasakan menambah kualitas ibadah wajib kita dengan ibadah sunnah, dalam suatu hadis qudsi saya pernah diceritakan oleh ustadz  saya. Bahwa pada saat penghisaban amalan solat kita nanti Allah akan memerintahkan malaikat untuk memeriksa solat sunnah kita jika ternyata solat wajib kita kurang sempurna, dengan kata lain solat sunnah tadi menjadi penyempurna nilai solat wajib kita.

Keempat, TADABBUR QURAN. Seperti kita tahu, AlQuran sebagai asy syifa’ (penyembuh) adalah obat penyembuh hati dari penyakit dan pembersih serta pelembut bagi hati yang keras. Saya pernah mendapat pesan dari ustadz bahwa membiasakan mengaji terjemah Quran sangat bermanfaat sekali. Biasanya kita mengaji kan hanya membaca ayatnya saja, tak pernah mencoba lebih untuk mangaji terjemahnya juga. Ternyata subhanallah begitu dahsyatnya. Begitu kerasa ketika kita membaca sekaligus tahu artinya sewaktu solat.

Kelima, SELALU MENGINGAT MATI DAN MERENDAH DIRI. Kenapa anak kecil begitu mudah goyahnya dalam solat? Kenapa pikiran kita sering “lari-lari” ketika solat? Jawaban yang pertama karena kebanyakan anak kecil belum bertatakrama dengan baik (maklum anak-anak), jawaban kedua karena kita dengan sombongnya memikirkan urusan dunia sewaktu solat dan tak pernah mengingat mati sewaktu solat. Kita solat masih disibukkan memikirkan rencana apa aja setelah solat, naudzubillah.

Keenam, PILAH-PILIH TEMAN. Maksudnya bukannya kita membeda-bedakan teman berdasar strata sosialnya. Namun terlebih pada bagaimana kita mencari “teman hati” bagi kita. Kita harus memilah teman yang tepat untuk menjadi contoh bagi kita, sosok yang dapat mengingatkan dan mampu membuat kita tergugah untuk semakin menambah amalan kita. Saya sering “iri” melihat kualitas ibadah orang lain, hal itulah yang selalu manjadi motivasi untuk beribadah “lebih”.

Pesan penutup, semua aktifitas yang kita laksanakan butuh dua hal pokok, NIAT DAN MOTIVASI. Selalu meluruskan niat untuk Allah dan mencari motivasi yang pas dengan hati kita adalah sebuah langkah tepat, semoga kita semua dapat mengistiqomahkan diri wahai saudara-saudaraku.

SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH SELALU!!^^


“Ya Allah, tetapkanlah kebaikan-kebaikan dalam hidup kami karena sesungguhnya segala kebaikan hanya ada pada-Mu, dan lindungilah kami dari keburukan-keburukan karena sesungguhnya Engkaulah Pelindung Terbaik. Aamiin.
==================================================================
Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber dapat anda lihat pula di website: http://www.teguh-be-leader.blogspot.com
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.

Sabtu, 03 September 2011

HAKIKAT SILATURAHIM DAN RAMADHAN YANG LEWAT


Bismillah Arrohman Alghoffur…

Seso-Karanganyar, Jepon-Bogorejo. Blora, 31 Agustus 2011.

Minal ‘aidin wal faizin, mari kita kembali kita kembali pada kemenangan.

Taqobalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima ibadahku dan ibadah kamu sekalian^^

Biidznillah, bagaimana lebaran saudara sekalian? Penuh gegap gempita dan hiruk pikuk sanak saudara kah? Sebuah kegembiraan yang tak ternilai yang kita rasakan ketika berjumpa dengan orang-orang tercinta. Ada kepuasan tersendiri yang tak dapat dinilai dengan materi. Tak terkecuali dengan keluarga besar di lingkungan saya hidup, meskipun ada beberapa anggota yang belum hadir karena berhalangan, hal itu tak menyurutkan semangat untuk saling “mempertemukan tangan” dan hati.

Ada dua hal yang sempat saya renungkan melihat keberagaman anggota keluarga serta menangisnya hati ketika malam takbiran kemarin, dua pembelajaran yang semoga bermanfaat. Pertama, tentang KEISTIQOMAHAN HATI DALAM BERAMAL SETELAH RAMADHAN. Ramadhan tahun ini adalah yang paling berkesan selama 19 tahun saya hidup di bumi Allah ini, hati yang semakin luas, pemikiran yang semakin dewasa dan bijak karena banyak “diajari” Allah bagaimana hidup, membuat saya begitu terharu dan menangis, menangis dalam hati (karena mata saya memang sulit menangis dibandingkan mata hati). Separuh malam takbir kemarin saya habiskan di masjid Baitunnur dengan rekan-rekan (begitu banyak pula saya dapat hikmah yang saya tangkap dan dapat malam itu, semoga di lain kesempatan saya dapat berbagi), seperempat dihabiskan di tempat tidur dan tempat solat rumah tercinta. Seperenam takbir di mushola rumah. Sungguh senang hati ini namun juga sedih, paradoksial.

Sahabat, hidup cuma sekali maut pun begitu dekat dengan kita. Tak pernah kita tahu apakah ramadhan tahun depan masih berjumpa, bayangan malam kemarin begitu penuh dengan maut, menangis sejadi-jadinya banyaknya dosa yang belum terhapus dan amalan yang masih ringan. Menangis mengingat saudara yang telah meninggalkan dunia yang tahun lalu masih melewatkan waktu lebaran bersama.

Lantas bagaimana seharusnya kita? Yang terpenting bagi kita yang masih diberi hak hidup dan kewajiban ibadah, di momen setelah ramadhan ini adalah bagaimana kita masih istiqomah di waktu selanjutnya dalam menjalankan amalan-amalan ramadhan kita lalu yang begitu getolnya , jangan sampai kita tergolong orang yang keterlaluan (lihat catatan saya “Lima Golongan Pentarhib Ramadhan”). Jikalau kemarin kita getol tiap hari mengaji quran, mbokyao jangan  “putus hubungan” dengan amalannya tersebut. Harapan lebihnya, anda dapat menindakkan dengan semangat amalan sunnah yang sebelumnya tak pernah (jarang) dikerjakan. Sukur-sukur sodaqohnya semakin bertambah.^^

Kedua, ESENSI LAIN DARI SILATURAHIM. Sahabat, dosa kepada Allah kita cukup meminta maaf kepada Allah. Namun dosa kepada sesama manusia, kita harus mendapatkan keikhlasan orang lain agar dosa kita termaafkan. Mengingat pesan tersebut, sudah barang tentu minggu ini banyak agenda silaturahim keluarga maupun teman sejawat. Dari yang berkunjung door to door, reuni, kumpul bareng, dan sejenisnya. Ada sebuah nasihat bijak di dalam aktifitas tersebut selain kesakralan acara halal bi halal untuk saling melebur dosa dalam keikhlasan. Ada pesan apa? Kata guru saya, “Kerendahan hati akan menghadirkan keikhlasan dan menciptakan kekeluargaan serta membawa diri kepada kemuliaan.” Banyak fenomena baik itu sengaja atupun tidak, terang-terangan atupun disembunyikan. Fenomena “pamer”, pamer kedudukan, pamer kekayaan, dan pamer kehormatan di mata keluarga ataupun tetangganya. Pamer hasil usahanya mengeruk harta di kota ataupun di tempat kerja. Sesama keluarga bersaing untuk mendapat predikat yang paling bagus, paling kaya dan paling terhormat. Ada yang seperti itu diantara kita? (Bagi kita memang belum pamer harta kita namun pamer keadaan kita, pamer pendidikan kita serta pamer fasilitas hidup)

Hendaknya momen bertemu dengan saudara tersebut kita gunakan untuk mengikat kembali persaudarann yang belum tersambung, bukanlah justru menyulut api cemburu dan perpecahan. Tak dapat kita pungkiri, watak masing-masing manusia berbeda. Tempatkanlah diri kita sebagai golongan yang legowo dan rendah hati. Momen lebaran yang dihadiri lengkap sanak keluarga dapat dijadikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan dan mengajak kepada kesabaran dan kebaikan. 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [QS AL-ASR(103):1-3]

Demikian dua pesan semoga dapat bermanfaat bagi saudaraku semua. Pesan terakhir bersifat tambahan bagi yang pemudik. Berhati-hatilah dalam perjalanan, utamakan kelapangan hati dan kesabaran nurani serta etos kedisiplinan jiwa. Jangan biarkan mudik menjadikan anda terdzalimi. Berdoa, ibadah dan istirahat adalah menu yang tak boleh dilewatkan.

Salam Mudik 2011!!!^^
Semoga lancar dan selamat sampai tujuan^^.

BERDAYAKAN HATI, SALING MEMAAFKAN!!!!^^

SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH SETIAP WAKTU!!^^

=====================================================================================
*Alhamdulillah janji selama bulan ramadhan, note-note inspirasi akan saya luncurkan dua kali seminggu, bi idznillah sudah terlaksana. Sesuai SOP saya, note akan saya luncurkan kembali dengan jadwalseminggu sekali. Semoga bermanfaat. Barokallahu fiikum^^.


*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.