Kamis, 15 September 2011

BELUM KORUPSI, BELUM ADA KESEMPATAN?

Kalimongso, Tangerang Selatan, Banten
15 September 2011

Salam hidup untuk sejahtera saudara semua,

Kali ini sedikit saya akan sharing tentang kondisi sosial, namun tak kan jauh dari SOP saya yang akan menuangkan juga kisah inspiratif di dalamnya. Kondisi apa yang akan kita bahas? Tentang hal klasik, corruptio (korupsi:latin).

Beberapa waktu lalu saya mendapat sebuah bacaan bagus yang mengilhami saya untuk menuliskan note ini. Membaca artikel opini oleh Arief Kurniawan dari koran Jawa Pos, di situ dituliskan sebuah kisah lucu dan menggelitik namun memang apa adanya, saya akan mencoba menuliskan kembali dengan bahasa saya.

Pada suatu waktu sebuah Departemen X suatu negara ingin menambah bangunan untuk kantornya. Ada tiga kontraktor yang mendaftar untuk memenangi tender yang ditawarkan. Kontraktor dari negara Jepang mampu membangun dengan biaya 25 ribu dolar, negara Amerika Serikat mampu dengan biaya 50 ribu dolar, sedangkan kontraktor Indonesia dengan biaya 75 ribu dolar. Sang pemilik perusahaan pun bertanya kepada kontraktor Indonesia karena penasaran dan seolah tidak percaya. “Bagaimana Anda bisa memasang tender sebegitu mahalnya melebihi bea Jepang, apa pekerjaan Anda mampu mengalahkan kualitas Jepang?” ,tanya Kepala Departemen. Jawab Kontraktor Indonesia, “Tenang Pak, biaya 75 ribu dolar ini saya bagi kok. 25 ribu untuk saya, 25 ribu untuk Bapak, dan 25 ribu kita serahkan saja pada si kontraktor Jepang untuk menggarap proyek ini, bagimana???”

What??? Menggelikan memang, namun itu mungkin cukup menggambarkan bagaimana “kotor”nya multisistem di negara kita. Bagaimana bisa? Sebelum jauh kami memaparkan penyebab korupsi, sedikit membuka ingatan tentang definisi korupsi itu sendiri. Definisi Korupsi adalah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).perilaku pejabat publik (pejabat pemerintahan), yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat.

Perbuatan korupsi memang berbeda dengan pencurian biasa/maling, perbuatan ini yang notabene dilakukan oleh oknum pejabat publik cenderung memiliki dampak yang luas ,yang menyangkut suatu sistem pemerintahan dimana dia berada, dan bahkan bisa membuat kehancuran suatu negara, ini yang membedakan dengan prilaku kriminal biasa di level masyarakat umum yang efeknya sebatas lingkup per-individu dan tidak mempengaruhi sistem pemerintahan. Memprihatinkan saat membaca bahwa Indonesia menempati ranking 3 besar dunia untuk kasus korupsi ini.

Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat, yang pertama greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi. Kedua, opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang (kesempatan) terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi pun menganga lebar. Ketiga, need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Keempat, exposes berkaitan dengan hukuman (penalty) pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim.

Ada dua buah hal yang menarik perhatian saya dari teori Jack Bologne di atas. Pertama, tentang hukuman yang tak sebanding, bayangkan saja oknum yang korupsi sepuluh milyar hanya divonis sekitar empat tahun. Jika ia bersikap baik di prodeo, dia akan mendapatkan remisi-remisi, dan asumsi tidak sampai tiga tahun sudah dapat melenggang bebas. Uang sepuluh milyar pun belum habis dan dapat menjadi modal ia hidup selanjutnya. Renungkan, betapa enaknya korupsi bukan???hehe

Kedua, tentang sistem yang membuka lebar pintu kesempatan tindak korupsi. Kata “Bang Napi”, “Kejahatan timbul karena adanya kesempatan.” Mari kita ingat-ingat sederet kasus korupsi yang menyeret kaum muda. Kaum yang mungkin dulu zaman ’98 getol-getolnya menyorakkan “Anti Korupsi!!! Bunuh Koruptor!!!”, sekarang banyak dari mereka terjebak di lubang korupsi pula, setidaknya itu yang tertangkap penyidik. Ribuan oknum lain yang dulu menghidupkan jiwa “Anti Korupsi”-nya, dan sekarang masih melenggang bebas belum ketahuan pun pasti lebih banyak. Pertanyaannya, “Jangan-jangan yang berkoar-koar anti korupsi di luar sana karena memang belum mendapatkan kesempatan ya??”, hehe hanya diri kita sendiri yang mampu menjawab. Termasuk Anti Korupsi sejati-kah kita? Atau hanya abal-abal karena tak punya kesempatan????

MARI SALING MENGINGATKAN
SEMOGA BERMANFAAT
SEMOGA MENJADI BAHAN REFLEKSI IDIALISME KITA
^^


Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber 
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar