Sabtu, 03 September 2011

HAKIKAT SILATURAHIM DAN RAMADHAN YANG LEWAT


Bismillah Arrohman Alghoffur…

Seso-Karanganyar, Jepon-Bogorejo. Blora, 31 Agustus 2011.

Minal ‘aidin wal faizin, mari kita kembali kita kembali pada kemenangan.

Taqobalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima ibadahku dan ibadah kamu sekalian^^

Biidznillah, bagaimana lebaran saudara sekalian? Penuh gegap gempita dan hiruk pikuk sanak saudara kah? Sebuah kegembiraan yang tak ternilai yang kita rasakan ketika berjumpa dengan orang-orang tercinta. Ada kepuasan tersendiri yang tak dapat dinilai dengan materi. Tak terkecuali dengan keluarga besar di lingkungan saya hidup, meskipun ada beberapa anggota yang belum hadir karena berhalangan, hal itu tak menyurutkan semangat untuk saling “mempertemukan tangan” dan hati.

Ada dua hal yang sempat saya renungkan melihat keberagaman anggota keluarga serta menangisnya hati ketika malam takbiran kemarin, dua pembelajaran yang semoga bermanfaat. Pertama, tentang KEISTIQOMAHAN HATI DALAM BERAMAL SETELAH RAMADHAN. Ramadhan tahun ini adalah yang paling berkesan selama 19 tahun saya hidup di bumi Allah ini, hati yang semakin luas, pemikiran yang semakin dewasa dan bijak karena banyak “diajari” Allah bagaimana hidup, membuat saya begitu terharu dan menangis, menangis dalam hati (karena mata saya memang sulit menangis dibandingkan mata hati). Separuh malam takbir kemarin saya habiskan di masjid Baitunnur dengan rekan-rekan (begitu banyak pula saya dapat hikmah yang saya tangkap dan dapat malam itu, semoga di lain kesempatan saya dapat berbagi), seperempat dihabiskan di tempat tidur dan tempat solat rumah tercinta. Seperenam takbir di mushola rumah. Sungguh senang hati ini namun juga sedih, paradoksial.

Sahabat, hidup cuma sekali maut pun begitu dekat dengan kita. Tak pernah kita tahu apakah ramadhan tahun depan masih berjumpa, bayangan malam kemarin begitu penuh dengan maut, menangis sejadi-jadinya banyaknya dosa yang belum terhapus dan amalan yang masih ringan. Menangis mengingat saudara yang telah meninggalkan dunia yang tahun lalu masih melewatkan waktu lebaran bersama.

Lantas bagaimana seharusnya kita? Yang terpenting bagi kita yang masih diberi hak hidup dan kewajiban ibadah, di momen setelah ramadhan ini adalah bagaimana kita masih istiqomah di waktu selanjutnya dalam menjalankan amalan-amalan ramadhan kita lalu yang begitu getolnya , jangan sampai kita tergolong orang yang keterlaluan (lihat catatan saya “Lima Golongan Pentarhib Ramadhan”). Jikalau kemarin kita getol tiap hari mengaji quran, mbokyao jangan  “putus hubungan” dengan amalannya tersebut. Harapan lebihnya, anda dapat menindakkan dengan semangat amalan sunnah yang sebelumnya tak pernah (jarang) dikerjakan. Sukur-sukur sodaqohnya semakin bertambah.^^

Kedua, ESENSI LAIN DARI SILATURAHIM. Sahabat, dosa kepada Allah kita cukup meminta maaf kepada Allah. Namun dosa kepada sesama manusia, kita harus mendapatkan keikhlasan orang lain agar dosa kita termaafkan. Mengingat pesan tersebut, sudah barang tentu minggu ini banyak agenda silaturahim keluarga maupun teman sejawat. Dari yang berkunjung door to door, reuni, kumpul bareng, dan sejenisnya. Ada sebuah nasihat bijak di dalam aktifitas tersebut selain kesakralan acara halal bi halal untuk saling melebur dosa dalam keikhlasan. Ada pesan apa? Kata guru saya, “Kerendahan hati akan menghadirkan keikhlasan dan menciptakan kekeluargaan serta membawa diri kepada kemuliaan.” Banyak fenomena baik itu sengaja atupun tidak, terang-terangan atupun disembunyikan. Fenomena “pamer”, pamer kedudukan, pamer kekayaan, dan pamer kehormatan di mata keluarga ataupun tetangganya. Pamer hasil usahanya mengeruk harta di kota ataupun di tempat kerja. Sesama keluarga bersaing untuk mendapat predikat yang paling bagus, paling kaya dan paling terhormat. Ada yang seperti itu diantara kita? (Bagi kita memang belum pamer harta kita namun pamer keadaan kita, pamer pendidikan kita serta pamer fasilitas hidup)

Hendaknya momen bertemu dengan saudara tersebut kita gunakan untuk mengikat kembali persaudarann yang belum tersambung, bukanlah justru menyulut api cemburu dan perpecahan. Tak dapat kita pungkiri, watak masing-masing manusia berbeda. Tempatkanlah diri kita sebagai golongan yang legowo dan rendah hati. Momen lebaran yang dihadiri lengkap sanak keluarga dapat dijadikan sebagai sarana untuk saling mengingatkan dan mengajak kepada kesabaran dan kebaikan. 

“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian,kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [QS AL-ASR(103):1-3]

Demikian dua pesan semoga dapat bermanfaat bagi saudaraku semua. Pesan terakhir bersifat tambahan bagi yang pemudik. Berhati-hatilah dalam perjalanan, utamakan kelapangan hati dan kesabaran nurani serta etos kedisiplinan jiwa. Jangan biarkan mudik menjadikan anda terdzalimi. Berdoa, ibadah dan istirahat adalah menu yang tak boleh dilewatkan.

Salam Mudik 2011!!!^^
Semoga lancar dan selamat sampai tujuan^^.

BERDAYAKAN HATI, SALING MEMAAFKAN!!!!^^

SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH SETIAP WAKTU!!^^

=====================================================================================
*Alhamdulillah janji selama bulan ramadhan, note-note inspirasi akan saya luncurkan dua kali seminggu, bi idznillah sudah terlaksana. Sesuai SOP saya, note akan saya luncurkan kembali dengan jadwalseminggu sekali. Semoga bermanfaat. Barokallahu fiikum^^.


*artikel karya saya ASLI, dengan penambahan berbagi sumber
 @teguhleader

"TeguhRevolutioner", semangat berevolusi untuk lebih baik dan peduli.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar