Selasa, 28 Agustus 2012

PELAJARAN DARI DEBU


Blora Kotanya Sate, 2 Syawal 1433 H
20.48-21.34 WIB, di samping hembusan kipas angin.

Hampir setiap sudut rumah kita tak kan lepas dari yang namanya debu. Kotoran satu ini merupakan partikel ringan yang kerap menyita perhatian kita. Debu yang kecil ini ternyata jika terakumulasi menjadi satu mampu membuat risih mata kita dan membuat gatal hidung kita.

Ada sebuah pelajaran yang menarik dari debu ini. Yaitu bagaimana debu ini tampaknya selalu ada di sekitar kita meskipun kita membersihkan ruangan setiap hari. Entah itu ruangan yang memang kotor ataupun ruangan ber-AC sekalipun, tak luput dari yang namanya debu.

Dalam kehidupan nyata kita, debu ini ibarat “kotoran”. Kotoran yang selalu menghiasi relung-relung ‘nurani’ hati kita. Tampaknya sebuah keniscayaan jika hati manusia tak bisa bersih dari dosa, kesalahan. Sama laiknya debu, sebuah keniscayaan pula ruang atau benda tak kan luput dari “tempelan” si debu ini.
Kecuali jika memang kita menciptakan ruang yang hampa udara dan tertutup. Dapat dipastikan aman deh dari si debu. Dan lagi-lagi jika kita renungkan, kehidupan ini keadaannya bukanlah layaknya ruang hampa, bukanlah di dalam botol kedap udara. Kehidupan ini penuh dengan singgungan, kontak ‘komunikasi’. Jika kita mengkondisikan diri kita di “ruang hampa” maka kemungkinan tak akan kotor hati kita. Tak kotor memang namun kita juga tak kan hidup di kondisi seperti itu karena keadaan seperti itu impossible. Hehe

 Saudarakau yang dirahmati Allah,

Ruangan yang kotor, ruangan ber-AC itulah ibarat hati kita. Bagaimana kita menjaga ‘merawat’ hati kita, hati milik Allah ini yang nanti juga akan diminta-Nya kembali serta dimintai pertanggungjawaban. Coba antum renungkan, ruangan tertutup akan meminimalisir masuknya debu, apalagi ruangan ber-AC yang notabene memang harus terlindung rapat. Seperti itulah hati kita, hati kita tak ubahnya seperti ruangan yang harus dijaga kebersihan di dalamnya demi kenyamanan bekerja atau tinggal di dalamnya.

Tampaknya kita terlalu acuh dengan “debu-debu” hati kita. Kita tak pernah memasang pintu penutup untuk ruang hati, tak pernah membeli kusen jendela untuk sirkulasi ruangan, bahkan enggan memasang AC walaupun sebenarnya mampu. Hasil akhir semua tergantung usaha, ruangan yang bersih tentu nyaman dan disuka setiap orang, ruangan yang terjaga tentu akan menghadirkan rasa mantap bagi seseorang untuk menempati.

Kata leluhur saya (orang jawa), “Jer basuki mawa bea” artinya segala sesuati yang baik, bagus itu membutuhkan usaha besar atau biaya besar untuk mendapatkannya. Menjaga hati tak semudah membeli sepotong roti seribu rupiah, perlu tekad dan usaha yang kuat agar “ruang hati” kita dapat kita pasangi pintu, jendela, perlengkapan kebersihan bahkan AC. Perlu “pembiayaan” yang mahal untuk melengkapinya. Dengan berbagai macam kelangkapan tersebut harapan kita tentunya agar hati ini lebih terjaga dari kotoran.

Debu memang sebuah keniscayaan dalam kehidupan dunia ini. Kita tak dapat menghindarinya. Bahkan sosok sesempurna Rasulullah saja juga pernah dihinggapi debu (tentunya tidak separah kita, kalau kita mah debu yang tebal mungkin sudah menjadi kerak, hehe). Walaupun Allah selalu “menjual” bahan pembersih yang tiada batasnya serta menyediakan kelengkapan yang tiada batasnya, namun setidaknya kita harus menjaga ruangan titipan Allah ini dengan segala upaya untuk kenyamanan kita juga sebagai wujud terimakasih kepada Allah. Coba antum rasakan lagi, jika kita dipinjami sesuatu oleh orang lain kemudian kita jaga betul barang tersebut, subhanallah pasti deh si empunya bakal percaya dan sayang ma kite. :)

Selepas antum membaca note ane ini, coba sebelum tidur atau bahkan sekarang sejenak sebelum antum mengalihkan kursor, cobalah cek ke dalam ruang hati antum semua. Sudahkah bersih dan rapi ruangan hati antum? Kira-kira sudah komplit belum perlengkapan ruangan di dalamnya? Apakah baru punya pintu, sudah punya AC barangkali. Atau malah terbuka blak tanpa pelindung pintu dan jendela satu pun? Dan kita tampaknya pun acuh dengan dekilnya ruangan kita. Sudah berkerak penuh debu, berantakan lagi, parahnya gelap pula. Naudzubillah, Antum betah tuh tinggal di tempat seperti itu???^^

Allah telah menyediakan “pembersih” dan segala kelengkapan untuk menjaga dan menyamankan kita, SEMUANYA G.R.A.T.I.S. dan tergantung kita mau ndak memasang dengan susah payah, atau barangkali pasrah saja lah dengan keadaan yang ada toh juga kotor lagi. Begitukah?^^

Betah atau tidak, semua ada di akal kita sekarang. Beranjak dan bertekad membersihkan dan menjaga, atau membiarkan seperti gua kotor? Pertanggungjawaban ada di kita masing-masing selaku “peminjam ruangan”, terserah pemilik ruangan nanti mau “menghadiahi” apa atas tindakan ada sebagai orang yang dipinjami.

Siap membersihkan ruangan antum? Niat dan keinginan untuk belajar adalah awal tindakan yang baik!!!^^

Salam revolutioner!!!
====================================================
Tulisan karya saya, silahkan menyebarkan kepada yang lain jika bermanfaat.
 
@teguhleader
 
TeguhRevolutioner© , Revolusikan diri ke arah lebih baik!!!
*Artikel ini dapat pula saudara muslim/ah lihat di akun saya FB: Teguh Setyawan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar