Senin, 22 Agustus 2011

KETIKA JIWA PROTES


Perhatikan hati,
Penuhi kebutuhan rohani,
Jika tidak, ia akan menuntut,
Dengan melahirkan kegalauan, dan kehampaan,
Masing-masing kita, memiliki sahabat lama,
Ada yang mengingatnya, dan ada yang melupakannya,
Dialah HATI…..(Ust.Yusuf Mansur)

Dalam sebuah kajian, ustadz saya menceritakan sebuah kisah. Kisah tentang jiwa teman beliau yang “protes”. Sebut saja Teguh orangnya(agar tidak timbul polemik nama,hehe). Beliau adalah orang yang dapat dibilang sudah memiliki segalanya. Rumah semewah rumah Jaksa Cyrus Sinaga, istri secantik Syahrini, anak yang sehat, pintar, dan lucu seperti “si Baim”. Kariernya sebagai pengusaha dan pegawai negeri pun mantap dan sedang meningkat cepat, mengalahkan kecepatan karir “Bung Nazaruddin” yang 32 tahun sudah menjadi pengusaha dan koruptor sukses.

Namun Pak Teguh ini tampaknya masih merasa ada yang “kurang”(udah kayak gitu kurang apa lagi coba?,haha), yang menyebabkan hidup terasa hampa, begitu keluhnya. Bahkan cantiknya istri, wajah lucu anaknya serta karier yang hebat belum mampu menolongnya untuk menghindari kehampaan hidup yang dirasa. Menghibur diri? Segala rekreasi sudah ia coba, berkumpul dengan rekan bisnis sudah dicoba. Namun masih saja perasaan hampa itu masih menyelimuti, seolah tak mau pergi.

Hingga suatu  sore kala beliau jogging di kompleks rumahnya yang elite, Ia menemukan pemandangan yang tak pernah ia temui selain di sinetron yang tiap hari ditonton di televisi 50 inchi miliknya. Dihadapannya, seorang ibu sedang menangis tersedu, dia mencoba peduli dengan bertanya, “Ada apa engkau menangis Bu?” , si ibu bercerita bahwa ia sangat bingung melakukan apa, anaknya seminggu sakit demam tak turun panasnya, dirinya baru saja dipecat sebagai buruh cuci karena dia sering telat datang, hal itu dikarenakan ia harus merawat anaknya terlebih dahulu. Semakin lengkap pula derita si ibu karena suaminya telah tiada. Masya Allah, bagaimana jika itu terjadi pada kita atau istri kita?

Terdorong melihat derita yang hebat itu, akhirnya Pak Teguh pun iba dan berniat membantu. Ia pun meminta diantar ke rumah ibu tersebut. Ia menyusuri lorong yang sempit, dan panjang bin kumuh pula. Dirinya baru sadar ternyata banyak yang tinggal di lingkungan seperti itu, sangat berbeda dengan keadaan di kompleksnya.
Sesampai di rumah si ibu, tergolek bocah tak berdaya. Terbayang ada obat disampingnya, makanan pun tak ada! Masyaallah. Lagi-lagi beliau teringat bagaimana komplit menu makanan di rumahnya yang semuanya tinggal ambil tanpa susah dan selalu tersedia sangat lezatnya. Pak Teguh yang harinya jauh dari peduli akhirnya mengobatkan anak tersebut. Singkat cerita ustadz saya, si anak pun sembuh. Ibu tersebut bahkan dibekali uang yang cukup dan anaknya Ia janjikan akan disekolahkan.

Apa yang terjadi saudaraku semua? Pak Teguh merasa “gembira”, sebuah kegembiraan baru, kegembiraan yang belum pernah Ia rasakan. Ia telah menemukan kebahagiaan sejati,bukan kebahagiaan semu. Seketika rasa galaunya pun terasa tak ada. Sebuah kegembiraan yang merasuk di dalam lubuk hati paling dalam.
Saudaraku, tak sedikit barangkali yang pernah mengalami “episode kehidupan” seperti Pak Teguh diatas.  Tak sedikit pula barangkali salahsatu dari kita ada yang mengalami seperti ibu tadi. Wallahu’alam. Sejenak mari kita renungkan, apakah benar kehampaan, kegalauan yang sering kita rasakan karena “PROTES JIWA” kita? Protes karena tak pernah kita pedulikan “kebutuhannya”. Dahaga kebutuhan fisik yang tak pernah puas selalu kita tuliskan dalam buku mimpi kita hingga seratus halaman pun tak mampu untuk menuliskan “CUKUP” pada buku mimpi kita. Namun sungguh paradoksial sekali jika tak pernah menuliskan keinginan jiwa kita. Keinginan yang selalu kita kesampingkan karena orang lain tak dapat melihat serta memuji mimpi kita itu.

Protes jiwa tergambar dari kekosongan dan kehampaan hati, sebagaimana yang dirasakan Pak Teguh tadi. Bagi kita sering menyebutnya dengan kegalauan, kegelisahan serta keresahan. Banyak orang yang bercerita saya kalau sekarang “musim galau”(haha…ada-ada saja). Agaknya banyak yang salah persepsi tentang “galau” ini, agaknya galau dimaknai perasaan yang bingung, sepi, sendiri, kosong malah. Berdasarkan pengalaman saya(ciiee..) galau ini menjangkiti jiwa kita yang sedang dirundung suatu tekanan. Singkatnya, ingin dinasihati namun tidak mau mengerjakan, semangat tinggi namun mudah patah(simpelnya lagi, pengen diperhatiin kali yee..:D). Ada dua buah solusi dari saya, jiwa yang galau adalah karena keringnya hati akan kebaikan dan jauhnya cinta kepada Tuhan. Jadi ketika galau datang, datang saja kepada Tuhan, mengadu, curhat doong…tak hanya mengadu, segera action dunk , gimana caranya? Segera lakukan kebaikan, karena ditengah tindak baik tadi lah kita nanti akan menemukan apa yang harus kita lakukan.

Dari cerita ustadz saya diatas, seharusnya mulai detik anda membaca note saya ini ada sebuah kesadaran dalam diri kita bahwa kepuasan materi yang mengabaikan pemenuhan aspek ruhani akan menjauhkan diri dari Allah. Jauh dari Allah sama artinya dengan hilangnya kebahagiaan sejati. Kok gitu? Karena Allah lah pemilik kebahagiaan sejati, trus dimana Allah Sang Pemilik Kebahagiaan? Sungguh, Allah ada pada tangis orang-orang miskin. Allah ada pada tangis anak yang kelaparan. Allah ada pada wajah muram ayah dan ibu yang kesulitan memberi makan anaknya, dan Allah ada pada penderitaan orang-orang yang teraniaya. Mari temukan saudaraku, temukan Dia di sana, di tengah-tengah mereka. Temukanlah kebahagiaan, dengan jalan “menemui” mereka. JANGAN BIARKAN JIWA ANDA PROTES.

Sebuah pesan penutup saya, “ Kekayaan dan kesuksesan, bukanlah milik manusia. Ia milik Allah. Ketika Dia “mempercayakan” kepada kita, maka diantara sekian pesan-Nya adalah kita mau berterimakasih pada-Nya, dan sudi berbagi. Carilah kekayaan dan kesuksesan dengan jalan yang diridhoi Allah, karena semua milik Allah.

Mari beribadah yang baik, kita tingkatkan dua pintu utama agar kita mendapat karunia Allah, dengan SOLAT DAN SEDEKAH.

BERDAYAKAN HARTA!!!!^^

SALAM MA’RUF. SEMANGAT DAHSYAT AKURAT BERIBADAH DI BULAN ROMADHON!!^^


“Ya Allah, tetapkanlah kebaikan-kebaikan dalam hidup kami karena sesungguhnya segala kebaikan hanya ada pada-Mu, dan lindungilah kami dari keburukan-keburukan karena sesungguhnya Engkaulah Pelindung Terbaik. Aamiin.



Karena ada suatu halangan, kami mohon maaf minggu kemarin hanya meluncurkan satu note, insyaallah minggu ini akan kami luncurkan tiga note sebagai konsekuensi. Terimakasih selalu setia membaca, dan semoga dapat saling menginspirasi sesama.

*Artikel ASLI karya saya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar