Selasa, 16 Agustus 2011

TEGUHKAN HATI UNTUK KEBAIKAN


“…Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Sungguh, kamu akan diuji terhadap harta dan diri kamu…”[TQS. AL-BAQOROH(2): 185-186]

Sore kemarin ketika mandi (entah kenapa pemikiran ini lewat ketika mandi), saya mendapat sebuah pembelajaran dari perenungan romadhon ini. Dua buah penilaian tentang dua hal yang pasti kita alami sewaktu puasa namun jarang bahkan tak pernah kita sadari. Hal pertama, tentang periodisasi “rasa lapar” sehari ketika berpuasa, kedua tentang perbedaan  waktu berbuka di berbagai belahan dunia. Semoga pembelajaran yang saya tangkap adalah baik dan bermanfaat terlepas dari perbedaan penafsiran yang berbeda dari setiap orang. Wallahu ‘alam bishowwabi.

Sudah menjadi rutinitas pengisi waktu saya yang tidak efektif di sore hari dengan nge-gym. Saya ambil kegiatan ini dengan alasan kemanfaatan pada kesehatan, aura, dan efektifan(sebuah hikmah juga, ternyata di puasa pun kita tidak serta merta lemes, kita masih kuat untuk kerja yang “berat”, mungkin yang lemes itu mungkin hati kita yang sedang “lemes”, lemes karena kurang mengambil pesan-pesan Allah). Diluar sana tentu banyak kita jumpai(bahkan mungkin diri kita sendiri sekarang) penuh kegalauan untuk menggunakan waktunya. Banyak teman-teman pemuda yang “melampiaskan” dengan membuang waktu dengan obrolan tak jelas serta di warung yang sebenarnya kurang beresensi, ada pula yang “memalamkan” waktunya di kamar(alias tidur saja tanpa hasil) dan lain sebagainya dengan segala kemanisannya yang berbeda-beda. Sahabat facebooker dan blogger, Jika kita simak pada ayat di muka tadi, dunia ini memang penuh hal-hal “manis”(lihat tulisan saya “Manisnya Gula Seperti Dunia”) manis yang dapat menenggelamkan kita, manis bagi pemuda belum tentu manis bagi yang tua. Hal inilah yang menjadi perenungan saya sewaktu mandi itu,hehe.

Jika kita jeli “merasakan”, ada sebuah pertanyaan yang setiap orang tentu akan menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda jika dilontarkan. “Pada jam-jam berapa sajakah kita akan merasa lapar, melilit, dan malas pengen tidur sewaktu puasa?”, jawaban saya(kalo salah dibenerin ya :D), mulai rentang jam 8-10, jam 12-13, dan 14-15. Apa yang menarik dari jam-jam tersebut? Ada dua penjelasan, secara medis jam 8 adalah mulainya karbohidrat habis tercerna sehingga hasrat “ngemil” itu muncul. Berlanjut jam 10-an protein mulai terkikis pula, melilit mulai datang, hehe. Jam diatas 12 kita bener- bener lemes dan dapat kita tebak kita pasti mengantuk dan tidur. Mendekati ashar kita sudah sedikit “terlupakan” karena tidur, namun bangun badan menjadi semakin lemas disertai suhu badan yang panas(kalo saya menyebutnya “prampang”.b.Jawa) karena cairan pun mulai menipis dan tubuh mulai “mencari-cari” penampungan zat makanan yang kita simpan sebelum puasa(lemak, karbohidrat, dan protein).

Namun ada hal lain yang menggelitik, jika kita simulasikan sehari kita puasa itu jatah umur kita, tampaknya ada sebuah keterkaitan ya? Setelah sahur, kita kenyang. Itu adalah titik awal kita lahir, tanpa keinginan. Seiring kita tumbuh dan berkembang, jam 8-10 simulasi usia 8-12 tahun mulailah kita muncul keinginan yang “ringan” tapi macam-macam, coba anda bayangkan usia anda saat itu, impian apa saja yang mulai mengaktifkan nafsu kita. Semakin dewasa tumbuh menjadi remaja dan pemuda dengan hormon yang komplek dan butuh “pemenuhan” semakin membuat nafsu kita liar pula jika tak dikendalikan, mulai semakin komplek pula apa yang kita inginkan. Semakin senja usia yang semakin tua dengan tanggung jawab yang gedhe membuat kita “adhem-panas” untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga yang seakan tiada cukupnya, kepayahan memang. Pertanyaannya, kira-kira sudahkah anda dapat  menangkap hikmah dari yang saya uraikan dari perenungan yang pertama ini?

Pembelajaran yang kedua datang selepas saya maghrib, Bapak saya menyalakan televisi. Tampak di situ Jakarta dan wilayah Sumatra belum menikmati nasi hangat dan ayam gorang seperti yang saya nikmati sore itu(yaa kan memang belum waktunya), sedangkan kakak saya yang dinas di Sulawesi Tengah malah tengah bersiap tarawih. Sungguh suatu pemandangan yang berhikmah bagi kaum yang berpikir. Coba kita membayangkan yang lebih luas, seandainya saya tugas belajar di Negeri Paman Sam(aamiin), jam berapa saya berbuka puasa ya? Bagimana pula jika saya misal nanti tholabul ilmi jauh di London(aamiin)? Di Selandia Baru? Ternyata puasa di Amerika Serikat sana lebih miris jika kita mendengarnya, bayangkan mereka puasa dari pukul 04.20 – 20.20(busyet, lebih lama kan?), tentu puasa di daerah dekat kutub lebih lama lagi, katakanlah Swedia, Rusia mereka mungkin berbuka puasa jam 9-an malam. Karena waktu siang mereka lebih lama dibandingkan malam. Subhanallah, sudahkah anda dapatkan pembelajaran dari kejadian di atas? 

Hikmah yang dapat kita ambil dari dua hal tersebut, pertama, kita harus mampu dan mau membawa diri kita dalam rutinitas kebaikan di tengah godaan manisnya dunia. Kita tak menjauhi manisnya dunia kok, tapi kita mengendalikan nafsu kita dengan mengambil kenikmatan secukupnya, kata Bapak saya, ing donya mung mampir ngombe(di dunia cuma mampir minum) maksudnya di dunia kita hanya sebentar dan ambillah bekal yang berguna untuk perjalanan kita yang lebih panjang.

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan,”[TQS. HUD(11):113]

Saudaraku, terlebih saya mengingatkan diri saya terlebih dulu(yang sedang menjalani masa muda) mari kita pemuda selalu meluaskan hati dan menajamkan akal. Selalu setia pada perbuatan baik, agar kita tak terhanyut dengan aktifitas yang banyak madhorot dan tak ada untungnya pun untuk akhirat kita, justru malah membawa kerugian. Tak usahlah saya sebutkan, banyak sekarang dan semakin komplek jenis kemanisan yang menjadi pilihan bagi kita pemuda untuk menjadi ajang pelampiasan dan “pengembangan diri” menurut orang zalim tersebut(pengembangan kepada kefuturan, kehancuran realnya). Itu baru kemanisan setingkat pemuda (notabene baru ujian jam 12-14), jika kita sudah se-level dewasa, bekerja, berkeluarga, entah kemanisan macam apa lagi yang ditawarkan kepada kita. Dapatkah anda bayangkan tantangan kedepan? Mampukah anda menghadapi jika kita hanya berleha-leha saja tak mau belajar meluaskan hati dan menajamkan pikiran? Sejenak sebelum melanjutkan membaca, kita renungkan aktifitas kita yang baru kemarin-kemarin ini apa ya yang kira-kira enak, ada manfaat memang (tapi sedikit, karena paling manfaat seneng-seneng doang) dan justru membawa kerugian akhirat, ada gak?

“…Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikan itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[TQS. ASY-SYURO(42):23]

Pelajaran kedua Saudaraku, kita harus mampu untuk bersabar dalam setiap ujian yang menimpa kita. Jika ada yang mengatakan diatas langit masih ada langit, begitu pula ujian yang menimpa kita, masih ada kok orang yang lebih menderita dari kita. Layaknya umat muslim di seluruh dunia yang berbeda-beda waktu berbukanya. Sahabat, puasa sungguh dahsyat dalam melatih sikap pengendalian dan kesabaran. Di saat kita menahan, kita dilatih untuk dapat me-manage aktifitas kita menjadi maanfaat, mengatur pula agar kita bersabar dalam berbuka dan pengendalian kala makan. Waktu saya masih kelas empat SD dulu, setiap kali berbuka saya begitu “memuaskan diri” dalam makan, magrib ditinggal dulu, makan duluan, Akhirnya, solat pun kepayahan karena kekenyangan,(Masih ada yang seperti itu sampai saat ini?). Ada lagi, sewaktu SMP terkadang kalau lagi ngabuburit hang out dengan teman saya juga sering terlupa untuk mengutamakan jamaah maghribnya, justru kita memuaskan diri dulu dengan jamaah buka bersamanya hingga waktu maghrib terlupa dan telat,(Masihkah anda juga seperti saya sewaktu SMP?). Mengapa pengalaman saya tersebut saya curhatkan? Tak lebih karena saya berharap anada jangan sampai terjebak juga dalam lubang yang salah, kata Ibu saya, “Kesalahan orang lain itu bukan untuk di-poyoki(ejek) namun untuk menjadi bahan pelajaran bagi kita.”

Sebagai penutup tulisan panjang saya ini, saya berharap dan berdoa semoga kita mampu mengambil hal positi dari uraian “singkat” saya diatas. Menjadi pemuda yang penuh tindak kebaikan dan membentuk pribadi muslim yang terbiasa peduli, ikhlas dan sabar. Adalah pesan singkat saya.

“Jika kamu sabar dan memelihara diri, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang memerlukan keteguhan hati.”[TQS. ALI IMRON(3):186]

Perlu keteguhan hati untuk di jalan kebaikan, kesan saya bagi Anda yang membaca note saya dari atas sampai titik akhir ini, bersyukurlah karena Anda telah mencoba berusaha meneguhkan hati untuk urusan kebaikan!!!^^

SALAM MA’RUF!!!^^

SALAM KEBAIKAN. MARI SALING MENGINSPIRASI!!!^^

“Sesungguhnya Allah Pelindung kami. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”[TQS.AL-ANFAL(8):40]

Ya Allah, maafkan kami, ampunilah kami. Kami susah sebab kami menyusahkan hidup kami sendiri. Kami menderita akibat penderitaan yang kami beli. Dan semua itu Engkau berikan karena kami serakah, tidak pernah puas dan melupakan orang lain. Kiranya, ampunan dan maaf-Mu-lah yang membuat kami terbebas dari kesusahan dan semua derita. Aamiin


Mohon maaf bila ada kesalahan dalam sikap keseharian penulis yang masih Saudara jumpai, mari saling mengingatkan dalam kesabaran dan kebaikan.^^

*artikel karya ASLI Saya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar