Minggu, 07 Agustus 2011

MANISNYA DUNIA SEPERTI GULA


Tak ada gula yang tak manis ya? Pasti, Gula itu manis, semanis wajah……(ahayyy…. :D). Hehe..Manisnya wajah memang seperti gula, selalu mengundang “semut” nakal ataupun baik untuk mendekat, menjamah, ataupun mensyukurinya. Setidaknya yang punya “gula manis” berhati-hati  donk agar tidak hilang “kemanisannya”. Dalam pelajaran Tata Boga dan Kimia, gula dapat dipakai menjadi pengawet juga lho…berkaitan dengan kalimat saya diatas, ada kecenderungan wajah manis juga turut “mengawetkan” cinta….(ahayyy...prikitiew..), meskipun tak seawet pengawet buatan. Eitss…jangan salah, kali ini saya tidak akan membeberkan tentang filosofis gula dan semut dengan cinta kok. :D

Keberadaan gula dan semut memang identik, seperti filosofi yang saya temukan suatu pagi.

Sudah menjadi rutinitas Ibu saya, setiap pagi beliau selalu membuat sajian pagi untuk suami tercinta dan anak-anak tersayangnya. Tak bosan beliau selalu menyiapkan segelas teh manis, susu, dan makanan untuk kami. Siapa yang tak suka minum teh manis??? Hampir semua orang menyukainya (kecuali yang berpantangan karena penyakit tertentu tentunya), termasuk saya adalah penikmat teh manis. Kata peneliti nih, segelas teh panas yang dicampur dengan sesendok gula akan mampu merangsang kesegaran. Jika diminum di pagi hari mengawali kecerahan, diminum sore hari mengembalikan kesegaran setelah penat bekerja. (Apalagi jika yang membuat orang manis tercinta…ahayyy…pasti lebih berefek lagi gairah semangatnya. :D)

Kembali pada kisah “teh manis” saya, suatu ketika ibu saya lupa memberi air pada cawan gelas teh. Alhasil, seperti yang kita duga, banyak semut yang mengerubutinya. Ditambah meja dirumah belum diberi kapur ajaib. Rupanya semut-semut itu “mendahului” saya menyeruput  teh buatan ibu saya, seolah merefleksikan sebuah ungkapan “ada gula ada semut, ada teh manis langsung diseruput”hehe...Satu hal yang membuat saya tertegun waktu itu adalah ketika saya pandangi kerumunan semut itu, semut yang “menyeruput” teh saya tadi semuanya mati. Tidak ada yang tersisa. Ada yang mati di cawan, bibir gelas, dan yang terbanyak adalah ditengah gelas. Mengambang kepayahan tak berdaya.

Kesia siaan. Mungkin itu pesan yang saya tangkap dari pemandangan pagi itu. Bukan kesia siaan susah payah Ibu saya yang membuat tehnamun disikat semut, namun kesia siaan justru dari semut-semut itu. Alih-alih merasakan nikmatnya teh manis, kematianlah yang justru mereka dapat. Andai semut itu “kita” manusia, tentu banyak lontaran “Goblok banget, kutuk marani sunduk….” , namun semut itu memandang teh sebagai sebuah kenikmatan dan makanan bagi kehidupan mereka. Mengabaikan pertimbangan akal (Lagipula, tidak ada semut yang punya akal!^^)

Dunia penuh keindahan
 Dunia diciptakan Allah dengan segala keindahan
Namun, ketika keindahan itu ingin segera teraih
Sesungguhnya bukan keindahan yang tereguk, justru kepalsuan

Sahabat muslim, demikian pulalah nasib kita yang mengejar keindahan dunia tanpa mempertimbangkan kehadiran akal dan menafiakn keberadaan Allah sebagai Pengawas kita, maka kita pun tak kan berbeda nasib  dengan semut-semut tadi.

“Dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tiadalah ia dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar.”                    [TQS. FUSHSHILAT(41):35]

Popularitas, uang, kekuasaan adalah sebagian tampilan wajah dunia yang begitu menggoda dan menarik minat banyak orang untuk menggenggamnya. Namun jarang kita sadari, dunia kerap “menenggelamkan” manusia yang ingin  menjamahnya, layaknya semut tadi. Semua itu terjadi apabila keserakahan dan kilau indah kehidupan menutupi “mata” kita akan keberadaan Allah Yang Maha Melihat. Makanya, sering kita dengar ataupun kita lihat sendiri cerita dan fakta mengenaskan para pengejar dunia. Mulai dari kebangkrutan tokoh eksekutif, legislatif, ataupun selebritis yang sempat meroket karirnya. Lain lagi kita dengar seseorang yang “terlempar” dari kehidupan normal karena memburu dunia dengan mencuri, korupsi, perzinaan, dan sederet tindak tercela lainnya.

Lantas, apa kita tak perlu mengejar dunia? Perlu, berusaha mendapatkan dunia itu adalah hak kita dari Allah.Namun jangan lupa kita untuk mengutamakan mencari akhirat, toh dunia ini kan mung mampir ngombe(Cuma numpang minum), maksudnya mencari kebutuhan di dunia ini untuk bekal kita di akhirat sebagai kehidupan yang abadi nanti. Ikhtiar mendapatkan dunia secara cepat pun tak dilarang, kalau ada cara cepat nan akurat, why not? Yang penting hati-hati dan pastikan cara tersebut tidak mengabaikan fitrah kita seorang hamba Allah dan aturan-aturan Allah.

Namun nyatanya, yang lebih sering terjadi adalah tidak adanya kehati-hatian dan kewaspadaan. Akhirnya, apa yang terjadi? Kebinasaan layaknya semut tadi, sebagai akibat kita meraihnya dengan jalan serbacepat. Maka, biasa sajalah,alon-alon waton kelakon lan selamet (Pelan-pelan asal teraih dan selamat). Mau kemana sih kita semua? Paling pada akhirnya berumah di gua, tanpa alas dan bantal. Baju pun cuma satu yang dipakai. Paling-paling kekayaan itu pun juga tak kan kita bawa, malah akan menjadi petaka bagi anak keturunan kita jika kita juga tak mendidik ilmu agama pada anak-anak kita. Masyaallah.

Namun, jika kita berpandangan begitu, hanya berjalan apa adanya, kita gag punya semangat donk? Ya tidak donk, asal kita tak mengabaikan rambu-rambu Allah ya kita kejar lah. Silakan kita kejar dunia sebanyak-banyaknya, sampai menumpuk! Namun, seperti pesan pada note saya sebulumnya, jangan lupa berbagi. Silakan cepat kaya agar cepat pula berbagi dengan sesama. Selalu saya ingat pesan Bapak saya, Ora ono gunane sugih tapi tonggone okeh kang mlarat kangelan urip(Tidak ada gunanya kaya, namun saudaranya banyak yang miskin kesulitan hidup).Subhanallah.

Satu hal yang menjadi pengingat bagi kita semua untuk saat ini. Adalah ada baiknya kita terima dulu apa yang kita miliki sebagi penghidupan dan keindahan dunia, niscaya kita akan merasa selalu menjadi pemilik dunia, percaya saja asal nyuwun, usaha, dan niat pada Yang Maha Kaya pasti diberi kok. Alhamdulillah.
Sebagai pesan penutup, semua pilihan ada pada kita, masing-masing akn bertanggung jawab pada tindakn dirinya sendiri. Konsekuensi tindakan kita, ada di dunia dan di akhirat, hanya rasanya yang berbeda. Mau sabar dalam menggapai semua hal kemudian kita selamat, atau lupakan saja semua peraturan, moral dan etika yang ada sampai  kita nanti akan tersadarkan oleh kematian yang akan tampak di depan mata.
Sekali lagi, terserah anda!^^

“Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, akan Kami segerakan baginya di dunia apa-apa yang dia kehendaki, tetapi kemudian  Kami tentukan baginya neraka Jahanam yang akan dimasukinya dalam keadaan tercela lagi terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha untuk itu dengan sungguh-sungguh dan dia beriman, mereka itulah usahanya diterima.” [TQS AL ISRA’(17):18-19]  

Walaupun panjang, semoga pesan di dalamnya masih dapat saudara tangkap. Apapun keadan kita sekarang pelajar ataupun sudah bekerja, semoga dapat menjadi pengingat dalam setiap keputusan kita nanti dalam menghadapi dan menjalani kehidupan di dunia. Aamiin^^


Ingin dunia? Kejar yang benar!
Jika tidak, dunia tak kan tekejar, melainkan kepahitan yang akan mengejar dan membantai kita

=====================================================================================

*Terkadang saya malu untuk menyampaikan risalah-risalah ini semua karena diri saya yang masih banyak kurang, salah dan belum bisa sempurna melaksanakan kebaikan.Namun bagi saya itu tak menjadi halangan untuk saling menginspirasi. Karena Rasul mengajarkan untuk saling mengingatkan dan menasihati. Maka dari itu saya mohon maaf jika keburukan itu tampak di depan saudara sekalian. MARI MENGINSPIRASI^^

*artikel karya saya ASLI disertai penambahan dari berbagai sumber.

=Syukron Ustadz Yusuf Mansur atas kajian rutinnya, barokallah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar